Berita Boyolali Terbaru
Kisah Sukses Petani Porang Boyolali : Iseng Ternyata Bisa Panen Capai 1 Ton, Raup Uang Jutaan Rupiah
Dia adalah Sriyanto (30) warga Dukuh Kragilan, Desa Karangnongko, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali.
Penulis: Tri Widodo | Editor: Asep Abdullah Rowi
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Tri Widodo
TRIBUNSOLO.COM, BOYOLALI - Ada kisah sukses pria yang menekuni jadi petani porang ternyata berhasil meraup uang jutaan rupiah.
Dia adalah Sriyanto (30) warga Dukuh Kragilan, Desa Karangnongko, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali.
Porang adalah tanaman penghasil umbi yang dapat dimakan yang mengandung karbohidrat, lemak, protein, mineral, vitamin, dan serat pangan, serta untuk obat-obatan.
Banyak di antaranya di ekspor ke luar negeri.
Tanpa perencanaan dan harapan yang muluk-muluk, dia mencoba menanam tanaman porang di lahan yang ada di sekitar rumahnya yang masih luas.
Tidak disangka, tanaman yang iseng-iseng dia tanam sejak 1,5 tahun itu akhirnya membuahkan hasil.

Baca juga: Fantastis! Modal Rp 100 Juta, Petani Karanganyar Tanam Porang Jual ke China Dapat Hasil Rp 400 Juta
Baca juga: Paidi, Mantan Pemulung Sukses Bertani Porang: Omzet Miliaran dan Cita-cita Umrohkan Warga Desanya
“Ya ini hasilnya kurang maksimal. Karena perawatannya juga tidak maksimal juga masih asal-asalan,” ujarnya kepada TribunSolo.com, Selasa (03/08/2021).
Meski begitu, dari memanfaatkan lahan di sekitar rumahnya ini, saat ini dia berhasil memanen paling tidak 1 ton umbi porang.
Tak tanggung-tanggung berkat kesingennya ternyata membuahkan hasil, karena mendapatkan uang jutaan rupiah dalam sekejap.
Pada panen pertama dia mendapatkan uang Rp 7 juta.
“Tanam kedua nanti, pengolahannya akan saya maksimalkan lagi, supaya bisa panen lebih bagus,” ujarnya.
Budidaya porang ini awalnya hanya agar halaman depan dan belakang rumah orang tuanya yang masih luas bisa bermanfaat.
Diapun kemudian berfikir untuk mencari tanaman yang pas dan memiliki nilai ekonomi tinggi.
“Ketemulah tanaman porang ini. dari pada tanah nganggur tidak dimanfaatkan, saya tanami porang saja,” katanya.
Baca juga: Tanaman Dihargai Rp 5 Ribu & Tanah Rp 200 Ribu,Warga Klaten Aksi di BPN : Tolong Hargai Rakyat Kecil
Dia membiarkan begitu saja bibit porang yang telah ditanam itu tumbuh.
Tanpa banyak melakukan perawatan maupun pemupukan tanaman porangnya bisa tumbuh dengan bagus.
Melihat tanaman porang tersebut tumbuh subur, dia berencana menanam lagi dan memperluas lahan untuk menambah jumlah tanaman porang.
Terlebih umbi porang ini juga punya nilai jual yang tinggi dibanding tanaman umbi lainnya.
Saat ini Umbi porangnya dijual ke pengepul dengan harga Rp 7.000 per kilogram.
“Hasilnya lumayan juga. Tapi harganya ini turun, sebelumnya umbi porang bisa tembus sembilan ribu per kilonya,” ujarnya.
Untuk itu, meski sudah waktunya panen dibiarkan saja, hingga tanaman porang mengeluakan katak (Bunga porang).
Baca juga: Tanah di Solo Sempit, Gibran Preteli Water Barrier Koridor Jensud, Ganti dengan Tanaman Biar Hijau
“Supaya saat tanam kedua nanti tidak usah beli bibit lagi, yang harganya jauh lebih mahal,” ujarnya.
Bajuri, Ayah Sriyanto menilai tanaman porang ini memiliki prospek yang bagus.
Dibandingkan tanaman lain, seperti singkong dengan perawatan yang sama, tapi nilai jualnya lebih tinggi porang.
“Makanya kami akan perluas lagi. Saat ini sudah ada 3 tempat yang akan kami sewa untuk saya tanami porang," terangnya.
"Sebab setelah ditanam ditinggal begitu saja sudah panen sendiri,” jelas dia.
Petani Porang Karanganyar
Tanaman porang mungkin masih asing di telinga, padahal menjadi hasil pertanian yang menjanjikan dengan harganya yang mahal.
Kini di Kabupaten Karanganyar, petani mulai ikut mengadu nasib dengan beralih ke tanaman porang sehingga menjadi primadona.
Terutama mereka yang berdomisili dan memiliki lahan di seputar lereng Gunung Lawu.
Salah satunya adalah Ismanto (49) yang menyiapkan lahan seluas 5,4 hektar untuk pembudidayaan porang.
Kebunnya ada di Dusun Ngelundo, Desa Ngargoyoso, Kecamatan Ngargoyoso.
Baca juga: 5 Kuliner Soto Ini Wajib Dicoba Wisatawan Saat Berada di Solo, Salah Satunya Hidangan Favorit Jokowi
Baca juga: Ada Warga Meninggal karena Corona, Bupati Putuskan Tiadakan Salat Id di Alun-Alun Karanganyar
"Dari seluruh lahan yang sudah ditanami porang ada 2,8 hektar, yang lainnya masih persiapan," katanya kepada TribunSolo.com pada Selasa (11/5/2021).
Dirinya menuturkan bahwa dari tanaman porang yang bisa dimanfaatkan tidak hanya umbinya saja, namun juga katak porang atau biji dari pohon tersebut yang bisa dimanfaatkan kembali sebagai bibit.
"Untuk porang harganya berkisar dari Rp 9-13 ribu per kilogram," jelasnya.
Tak hanya itu, ada jenis porang dengan nilai fantastis jika dijual yakni prang katak yang bisa menembus angka Rp 250 ribu per kilogram.
"Bahkan tak jarang bisa mencapai Rp 250 ribu per kilogram," imbuhnya.
Harga yang fantastis tersebut tentu harus dibarengi dengan usaha yang maksimal dan ketekunan dalam belajar.
"Banyak orang menganggap kalau Porang itu tanaman mudah, padahal perlu ketelitian dan keuletan dalam menanti hasil," ujarnya.
"Petani baru banyak yang tidak sabar belum waktunya panen sudah dicabut, sehingga porangnya belum maksimal, lalu ada juga yang masih kurang memberi nutrisi," jelasnya.
"Kami disini pakai pupuk kompos, buatan sendiri," imbuhnya.
Ismanto kini tidak sendiri, ada ratusan petani lain yang ada di Dusun Ngelundo, Desa Ngargoyoso, Kecamatan Ngargoyoso, domisili dia tinggal yang kini aktif di tanaman porang.
"Ada 85 persen petani sini yang menggarap porang," ujarnya.
Baca juga: Pamit Jual Kucing Anggora, Gadis 22 Tahun Asal Karanganyar Tak Kunjung Pulang, Polisi Turun Tangan
Baca juga: Kasus Covid-19 Masih Tinggi, DBD Ikut Terus Merebak, Kini di Sukoharjo Chikungunya Juga Merajalela
Mereka juga tergabung dalam Asosiasi Asuhan Pemberdayaan Petani Porang Indonesia yang menaungi dari pembelajaran porang hingga penjualannya.
"Kami sudah bekerjasama dengan pabrik yang kelak akan mengekspor hasil panen kami ke berbagai negara, dan Cina menjadi pasar utama," katanya.
"Di sana akan menjadi bahan dasar untuk kosmetik, panganan dan berbagai olahan lainnya," jelasnya.
Dari penjualan porang dirinya meraih untung hingga ratusan juta sekali panennya.
"Bila satu hektar setidaknya membutuhkan modal Rp 100 juta untuk bibit, pupuk hingga biaya penggarapan lahan," tuturnya.
"Kami sekali panen setidaknya bisa mendapatkan Rp 400 juta,kepada pembeli yang sudah memiliki MoU dengan kami," terangnya. (*)