Berita Klaten Terbaru

Kisah Partoyo, Difabel Asal Klaten yang Sukses Buka Bengkel Modifikasi Sepeda Motor Roda Tiga 

Semangat hidup Partoyo luar biasa. Meski dalam kondisi kekurangan secara fisik dia bisa membuka bengkel modifikasi di Klaten.

Penulis: Ibnu DT | Editor: Ryantono Puji Santoso
TribunSolo.com/Ibnu Dwi Tamtomo
Hasil modifikasi Partoyo, motor matic roda tiga. 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Ibnu Dwi Tamtomo

TRIBUNSOLO.COM, KLATEN - Partoyo (47) merupakan salah satu penyandang disabilitas paraplegia atau penurunan motorik atau fungsi sensorik gerak tubuh. 

Semenjak 2008 dirinya mengelola bengkel spesialis modifikasi sepeda motor roda tiga untuk difabel di Klaten

Dahulu dirinya adalah salah satu karyawan pabrik kontruksi di daerah Jakarta. 

Diakuinya bahwa dulu saat ke Jakarta dirinya belum menguasai keahlian sebagai tukang las. 

"Dulu awal ke Jakarta Saya nggak bisa ngelas, Saya hanya tukang potong besi di perusahaan itu. Tapi selama 2 tahun Saya belajar autodidak di perusahaan itu akhirnya saya bisa ngelas," ujar pria 47 tahun kepada TribunSolo.com, Sabtu (20/8/2022). 

Meski berstatus sebagai karyawan di Jakarta, dirinya juga mengerjakan kontruksi reklame hampir di seluruh pulau Jawa bahkan beberapa kota di pulau Sumatera, Bali hingga Lombok. 

Dirinya bekerja di Jakarta sekitar 5 tahun, lalu mengalami kecelakaan tahun 2000 dan di tahun 2002 dirinya memutuskan mengundurkan diri untuk pulang ke Klaten dengan kondisi menggunakan kursi roda. 

Partoyo mengalami cedera sumsum tulang belakang karena jatuh saat mengelas atap gudang di Jakarta di tahun 2000.

Sejak lumpuh pada kedua kakinya akibat kecelakaan kerja, dirinya sangat tergantung pada kursi roda. 

Dan kini, sepeda motor yang dimodifikasi menjadi roda tiga memudahkan mobilitasnya saat berkegiatan di luar rumah. 

Lalu kepada TribunSolo, dia menceritakan bagaimana awal mulanya bisa membuat bengkel modifikasi tersebut. 

"Itu semenjak habis gempa tahun 2006, saat itu ada 4 orang yang dilatih oleh LSM Karina yang mendampingi kami dalam pemberdayaan (kaum disabilitas)," terangnya. 

"Saat itu ada dari Gantiwarno 2 yakni saya dan Pak basam, sedangkan dari Wedi ada dua yakni Pak Yunanto sama Kelik Arijono," tambahnya. 

Setelah gempa 2006, Partoyo mengatakan, sejumlah lembaga dan yayasan yang mengemban misi kemanusiaan mulai berdatangan ke Kecamatan Gantiwarno dan Wedi. 

Sumber: TribunSolo.com
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved