Berita Boyolali Terbaru
Gegara Petani Lebih Pilih Tanam Tembakau, Harga Cabai Rawit Merah di Boyolali Tembus Rp 60 Ribu/Kg
Di Pasar Boyolali Kota harga cabai rawit menemus Rp 60 ribu/kg atau naik Rp 20 ribu. Pasokan yang berkurang dari petani ditengarai jadi sebab
Penulis: Tri Widodo | Editor: Vincentius Jyestha Candraditya
Bahkan, harga minyak goreng kini sudah mulai stabil.
Di mana minyak goreng curah dibanderol Rp 14.000/liter.
Di sisi lain, harga telur justru mengalami penurunan setelah sempat melonjak tajam.
Baca juga: Warga Sragen Antusias Datang ke SPBU, Ternyata Minta Daftar MyPertamina
Baca juga: Lokasi di Sragen Ini Bakal Jadi Surga Penggemar Durian : Di Sukorejo, Disiapkan Lahan 9,3 Hektare
Dari yang semula Rp 30.000 per kilogram, kini harga telur sudah turun hingga Rp 28.000 per kilogram.
"Harga minyak standar Rp 14.000 itu yang curah, telur malah turun kemarin Rp 30.000 turun Rp 28.000," terangnya.
Terpisah, pedagang ayam, Tinuk mengatakan harga daging ayam stabil meski harganya terbilang masih tinggi.
"Harga daging ayam stabil, tidak mengalami kenaikan, masih stabil," katanya kepada TribunSolo.com.
Harga daging ayam sendiri terpantau masih di kisaran Rp 35.000, yang membuatnya relatif masih tinggi.
"Satu minggu ini masih Rp 35.000, harganya tinggi sedikit," pungkasnya.
Kenapa Pemerintah Naikkan Harga BBM saat Harga Minyak Turun?
Pemerintah memutuskan menaikan harga bahan bakar minyak (BBM) PT Pertamina (Persero) di tengah tren penurunan harga minyak mentah dunia.
Keputusan pemerintah menaikkan harga BBM ini pun dipertanyakan oleh masyarakat, hingga akhirnya Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan penjelasannya.
"Masyarakat saat ini bertanya karena harga minyak dalam sebulan terakhir agak mengalami penurunan," ujar Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, dalam konferensi pers, Sabtu (3/9/2022).
Baca juga: Menkeu Sri Mulyani Prihatin, Ratusan Triliun Rupiah Subsidi Pertalite dan Solar Dinikmati Orang Kaya
Dirinya menjelaskan, walaupun harga minyak mentah mengalami penurunan, rata-rata harga acuan minyak mentah nasional atau ICP relatif masih tinggi.
Menkeu juga menyebutkan, jika harga ICP turun hingga ke level 90 dollar AS per barrel, rata-rata harga tahunan ICP masih berada pada kisaran 98,8 dollar AS per barrel.
"Atau kalaupun harga minyak turun sampai di bawah 90 dollar AS (per barrel), maka keseluruhan tahun rata-rata ICP masih di 97 dollar AS (per barrel)," kata dia.
Oleh karena itu, besaran subsidi BBM yang perlu disalurkan oleh pemerintah tetap akan membengkak, jika harga ICP mengalami penurunan cukup signifikan.
Baca juga: Pemerintah Gelontorkan Rp 502 T untuk Subsidi BBM, Sri Mulyani Punya Permintaan Khusus ke Pertamina
Dari hitung-hitungan, Sri Mulyani menyebutkan, dengan rata-rata harga tahunan ICP sebesar 99 dollar AS per barrel, maka pemerintah perlu menambah lagi sekitar Rp 151 triliun, dari anggaran subsidi energi Rp 502 triliun saat ini.
"Kalau harga ICP di 85 dollar AS per barrel sampai Desember, kenaikan subsidi tetap menjadi Rp 640 triliun (penambahan anggaran sebesar Rp 138 triliun)," ujarnya.
Menurutnya, saat ini pemerintah masih akan terus melakukan pemantauan terhadap perkembangan harga ICP, guna menentukan besaran anggaran subsidi yang perlu digelontorkan hingga akhir tahun ini.
"Karena memang suasana geopolitik dan suasana ekonomi dunia masih sangat dinamis," ucap Sri Mulyani.
Subsidi dinikmati orang kaya
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengakui meski pemerintah telah menetapkan kenaikan harga BBM (BBM naik) namun subsidi tetap dinikmati mereka yang memiliki mobil.
"Dana subsidi ini memang masih akan dinikmati oleh mereka yang punya mobil," ujar Sri Mulyani.
Baca juga: Catat, Kebiasaan Ini Ternyata Bisa Bikin Motor Matik Lebih Irit BBM, Mudah Dicoba saat Berkendara
"Jadi memang subsidi yang melalui komoditas seperti BBM, tidak bisa dihindarkan pasti dinikmati oleh kelompok yang memiliki kendaraan yang mengkonsumsi subsidi tersebut," kata dia lagi.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menyebutkan, meski ada penurunan harga minyak dunia, pemerintah masih menanggung selisih harga untuk menyubsidi Pertalite maupun Solar.
"Jadi subsidi kalau memang melalui komoditas yang tadi saya sampaikan bahwa dengan adanya kenaikan harga BBM (BBM naik) tadi sekitar di 100 dollar AS," beber Sri Mulyani.
"Atau bahkan kalau pun turun ke 95 dolar AS maka jumlah subsidi BBM dan listrik masih akan sebesar Rp 647 triliun atau Rp 653 triliun, kalau harganya agak menurun sedikit seperti sekarang sampai Desember," ungkap Sri Mulyani.
(*)