Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Jateng

Waspada! Jawa Tengah Masuk 4 Zona Megathrust, Potensi Gempa Maksimum hingga M 8,9

BMKG sebelumnya sudah menyoroti dua wilayah yang berpotensi terjadi gempa megathrust, yakni Selat Sunda dan Mentawai-Siberut.

Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono
Tribunsolo.com/Istimewa
ILUSTRASI Kerusakan rumah akibat gempa bumi. 

Guru Besar Bidang Geodesi Gempa Bumi Institut Teknologi Bandung (ITB), Irwan Meilano mengatakan alasan mengapa zona megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut paling diwaspadai karena dua zona tersebut belum rilis atau terjadi gempa besar.

"Sesudah gempa Aceh 2004, Nias 2005, kemudian gempa Padang 2009, gempa 2010 di bagian bawah dari Mentawai," ujarnya saat dikutip dari Kompas.com, Kamis (15/8/2024).

"Nah, bagian tengah kok enggak, itu kemudian menimbulkan banyak diskusi di kalangan ahli. Kenapa itu perlu menjadi perhatian? Karena itu paling tidak dalam catatan sejarah pada 1797 dan1833, pernah terjadi," imbuhnya.

Baca juga: Kakek 68 Tahun di Kudus Jateng Aniaya Istri Pakai Balok Kayu hingga Tewas, Emosi Dikatai Cerewet

Menurut Irwan, terdapat tiga kondisi yang dapat digunakan untuk memastikan suatu daerah berpotensi gempa megathrust atau tidak.

Kondisi pertama, potensi gempa dapat dilihat dari data historis atau sejarah suatu wilayah. Ini karena gempa akan terjadi secara berulang.

"Jadi kalau di masa lalu pernah terjadi (gempa), kemungkinan di masa depan akan terulang. Nah, di Mentawai kondisi itu terpenuhi, di masa lalu pernah terjadi 1797 dan 1833," jelas dia.

Sementara, gempa besar di zona megathrust Selat Sunda pernah terjadi pada 1699 dan 1780 dengan magnitudo 8,6.

Baca juga: Fakta Baru Kasus KDRT Berujung Maut di Solo Jateng, Berawal Cekcok soal Penghasilan Suami

Irwan mengatakan, kondisi kedua bisa dilihat dari aktivitas kegempaannya yang sepi. Jadi, ada daerah yang kiri dan kanannya gempa terus, namun bagian tengahnya sepi, dan kondisi ini juga terpenuhi.

Kemudian kondisi ketiga, yakni zona tersebut sedang mengumpulkan atau mengakumulasikan energi. Untuk mengetahui suatu zona sedang mengakumulasikan energi, hal itu bisa dilihat melalui pengamatan geodetik.

"Jadi kita mengolah data dari Badan Informasi Geospasial (BIG), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dan kita membuktikan bahwa akumulasi regangan sedang terjadi," kata dia.

"Jadi ibarat orang nabung, ini sedang numpuk tabungannya, yang jadi pertanyaan itu akan dikeluarkan tiba-tiba atau tidak," tambahnya.

Pasalnya, secara teori, suatu zona yang sedang mengalami strain accumulation, pasti akan ada release, dalam hal ini gempa bumi.

"Itulah kemudian yang menjadi perhatian dan alasan mengapa Zona Mentawai dan Selat Sunda lebih diwaspadai," tuturnya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved