Primadona di 1960-an, Pemain Wayang Orang Sriwedari Sering Dapat Nasi Lauk Pauk, Jarik Sampai Uang

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Ahmad Syarifudin

TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Wayang Orang Sriwedari di Solo, Jawa Tengah, menjadi primadona di tahun 1960-an.

Saking terkenalnya, kala itu para pemain memiliki penggemar fanatik masing-masing.

Budayawan, ST Wiyono mengatakan tak jarang para penggemar mengirim makanan sebagai bentuk kecintaan kepada idola.

“Dulu namanya tokoh masing-masing punya fans yang sangat loyal. Tokoh gareng pun punya fans. Tiap pagi diantar nasi lauk pauk satu rantang. Dilempari jarik, duit,” ungkapnya, kepada TribunSolo.com, Rabu (28/8/2024).

Bahkan, legendaris Wayang Orang Sriwedari, Rusman Harjowibakso hingga Darsi Pudyorini sering bolak-balik dipanggil Presiden untuk menjamu tamu dari luar negeri dengan kemampuan mereka di atas panggung.

Tak heran jika kelompok lain seperti Ngesti Pandowo Semarang dan Bharata Jakarta mengkiblat ke Sriwedari.

“Bung Karno atau Pak Harto ada tamu dari luar negeri pasti Pak Rusman, Bu Darsi. Selebriti pada masanya. Menjadi semacam genre yang ditiru wayang di Ngesti Pandowo, Bharata pada waktu itu,” jelasnya.

Saat itu Wayang Orang Sriwedari juga tidak banyak memiliki saingan hiburan lain.

Baca juga: Jadwal Lakon Wayang Orang Sriwedari Juli 2024 di Solo Jateng, Cek Cara Nonton dan Harga Tiketnya

“Ketika itu alternatif tontonan baru sedikit. Lainnya barangkali hanya satu dua kali tarian, bioskop. Teater modern belum begitu masuk,” terangnya.

Meski begitu, kelompok seni yang umurnya menginjak 114 tahun ini pernah mengalami pasang surut. 

Wayang Orang Sriwedari sempat terpuruk sampai hanya ditonton bangku kosong.

“Sewaktu saya kecil hampir setiap hari mendengar radio mengiklankan Wayang Orang Sriwedari suaranya Pak Rusman, Bu Darsi. Saya sudah kuliah di ASKI orang tua seusia ibu saya setiap bulan pasti nonton Wayang Orang Sriwedari. Pernah jadi primadona seni panggung. Tahun 1960-an ke atas,” tuturnya.

Selain itu, semakin banyaknya alternatif tontonan mulai tahun 1980-an wayang orang perlahan ditinggalkan penggemar.

Hingga tahun 2000-an awal Wayang Orang Sriwedari terpuruk hingga hanya bangku kosong yang menonton pertunjukan.

“Tahun 1985 ke sini sampai 1990-1995 turun terus,” jelasnya.