Jalan Keluar dari Lingkaran Setan Sandwich Generation Pemutus Masa Depan
Generasi sandwich tidak selalu berkonotasi negatif. Ada kalanya hal tersebut menjadi semacam hubungan timbal balik antara keluarga.
Penulis: Putradi Pamungkas | Editor: Hanang Yuwono
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Tahun 2030 mendatang Indonesia diperkirakan akan mengalami limpahan berupa tenaga kerja usia produktif. Inilah istilah yang disebut dengan bonus demografi. Tapi, tanpa solusi finansial di masa depan, bukan tidak mungkin berkah tersebut berbalik menjadi musibah.
Berbicara tentang bonus demografi, mengacu pada surplus tenaga produktif di suatu negara. Yakni besarnya proporsi penduduk usia produktif pada 15 hingga 64 tahun. Proporsi ini melampaui usia tidak produktif, 14 tahun ke bawah dan di atas 65 tahun. Singkatnya, penduduk produktif lebih banyak ketimbang non produktif.
Semakin kecil rasio ketergantungan maka akan semakin baik pula untuk perekonomian. Berdasarkan prediksi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Indonesia akan menikmati jendela peluang dimana rasio ketergantungan rendah hingga mencapai puncaknya pada 2030.
Baca juga: Hore! Bupati Etik Janjikan BPJS Ketenagakerjaan untuk Relawan Kebencanaan di Sukoharjo Tahun Depan
Dalam periode tersebut, jumlah penduduk Indonesia diperkirakan akan mencapai 293 juta jiwa. 200 juta diantaranya berada dalam kategori usia produktif. Hal inilah yang diyakini bakal jadi modal besar dalam mendorong mesin perekonomian sekaligus menggenjot pembangunan.
Jika semua prediksi berjalan sesuai rencana, maka seharusnya roda ekonomi Indonesia berputar sangat kencang. Sebab, golongan produktif tersebut memiliki kemampuan alokasi dana untuk investasi sekaligus berdaya beli kuat. Konsumsi masyarakat memberikan sumbangan terhadap 53 persen Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Sementara aktivitas investasi berkontribusi pada 30 persen. Tidak heran jika keduanya menjadi mesin penggerak perekonomian nasional.
Momok Seorang Sandwich Generation
Hanya saja, tidak selamanya harapan berbanding lurus dengan kenyataan. Faktanya, situasi justru menunjukkan hal sebaliknya. Bahwasanya struktur keuangan kaum muda di Indonesia membuat potensi dorongan roda ekonomi melambat. Pemicunya, besarnya pengeluaran untuk menghidupi keluarga, dan investasi yang tidak berorientasi pada masa depan.
Dana untuk masa pensiun juga menjadi hal yang terlupakan, bahkan cenderung terabaikan. Semua ini karena sulitnya mempersiapkan diri untuk memastikan masa tua yang menyenangkan tanpa beban finansial. Padahal, dana pensiun bukan hanya sekedar tabungan masa depan. Tapi juga tameng pelindung dari segala bentuk tekanan menjadi bagian dari generasi sandwich.
Baca juga: Tapera Ditolak Buruh-Pengusaha Solo Raya, Pendapatan Pas-pasan dan Maksimalkan BPJS Ketenagakerjaan
Apa sebenarnya generasi sandwich itu? Istilah ini merujuk pada tanggung jawab menopang hidup orang tua dan keluarga sekaligus. Dimana, generasi produktif terpaksa harus membayar segala kebutuhan pokok keluarga, sehingga daya beli mereka berkurang dan kesulitan berinvestasi.
Berdasarkan survei Data Indonesia, sebanyak 46,3 persen generasi Z di Indonesia terpaksa menjadi generasi sandwich. Jika mereka terus berkutat pada tanggung jawab sebagai generasi sandwich, maka sulit untuk mendorong mesin perekonomian pada 2030 nanti.

Tidak Selalu Negatif, Tapi Bikin Pusing
Generasi sandwich tidak selalu berkonotasi negatif. Ada kalanya hal tersebut menjadi semacam hubungan timbal balik antara keluarga. Misalnya ketika anak masih tinggal bersama orang tua ketika sudah menikah. Orang tua mendapatkan teman untuk kehidupan sehari-hari. Sementara, sang anak tidak perlu memikirkan mencari tempat tinggal.
Jika sudah melibatkan rasa berbagi demikian, tentu tidak ada pihak yang dirugikan. Hanya, hal ini bisa membikin pusing jika sudah berkaitan dengan finansial. Tuntutan untuk memberikan uang bulanan atau tanggungan membayar tagihan bisa membuat seseorang kesulitan mengatur finansial diri mereka sendiri. Padahal, biaya hidup akan semakin meningkat dari waktu ke waktu.
Apalagi, ada keluarga tertentu yang menganut tradisi untuk menjadikan anak tulang punggung ketika mereka sudah tua nanti. Seorang anak dituntut bekerja dan menghasilkan uang sebanyak mungkin demi menghidupi orang tuanya. Lingkaran ini terkadang sulit untuk dihentikan dan membuat seseorang kalang kabut memikirkan investasi masa depan.
Baca juga: Antisipasi KPU Karanganyar soal Petugas Pemilu Gugur, Medis Siaga, Didaftarkan BPJS Ketenagakerjaan
Pertolongan untuk Generasi Sandwich
Generasi sandwich tentunya punya tekanan hidup yang lebih berat. Selain menghidupi diri sendiri, pasangan atau anaknya, mereka juga terbebani untuk menanggung kebutuhan orang tua hingga keluarga. Bisa dibayangkan betapa beratnya membagi kemampuan finansial untuk 3 generasi, ketika seseorang memiliki pendapatan di luar kapasitas itu.
Nah, tentunya Anda tidak ingin anak-anak Anda nantinya harus mengalami kondisi tersebut, bukan? Saatnya Anda mulai memutus rantai lingkaran setan generasi sandwich ini. Bagaimana caranya?
Dimanapun Anda bekerja, entah menjadi karyawan perusahaan, atau berniaga secara mandiri, mempersiapkan jaminan sosial untuk hari tua adalah hal wajib. Langkah paling bijak yang bisa Anda tempuh adalah memanfaatkan program Jaminan Hari Tua (JHT) dari BPJS Ketenagakerjaan.
Baca juga: Cukup Rp16.800 per Bulan, Pekerja Informal Bisa Rasakan Manfaat BPJS Ketenagakerjaan
Berdasarkan informasi di situs resmi BPJS Ketenagakerjaan, JHT adalah program perlindungan yang diselenggarakan dengan tujuan untuk menjamin agar peserta menerima uang tunai ketika memasuki masa pensiun, mengalami cacat total tetap, atau meninggal dunia.
Jika Anda berstatus sebagai karyawan, maka Anda bisa mendaftarkan diri sebagai BPJS Ketenagakerjaan Penerima Upah (PU). Sebaliknya, jika Anda berniaga secara mandiri, Anda bisa mendaftar BPJS Ketenagakerjaan Bukan Penerima Upah (BPU).
BPJS Ketenagakerjaan adalah jawaban atas segala kebutuhan Anda dalam perlindungan hari tua serta jaminan kecelakaan kerja. Sehingga Anda akan merasa lebih tenang dalam menjalankan tanggung jawab ganda. Baik memikirkan keluarga Anda sendiri dan orang tua.
Cynthia Prima (31) membuktikan betapa bermanfaatnya kehadiran program JHT dari BPJS Ketenagakerjaan. Pekerja perusahaan swasta di Solo ini membagi fokus dengan bekerja sambil memikirkan keberadaan sang ibu di Semarang. Sementara, sang suami juga harus berbagi finansial untuk orang tuanya yang sudah tidak lagi bekerja. Alhasil, keduanya sama-sama menjadi penopang dan bertanggung jawab menghidupi orang tua masing-masing.
“Terkadang bikin pusing juga. Kami ingin membangun keluarga kecil kami dan mewujudkan keinginan-keinginan yang sudah terpendam sejak lama. Tapi, bagaimanapun juga orang tua tetap harus jadi perhatian. Apalagi, saya anak satu-satunya. Siapa lagi kalau bukan saya? Sementara, orang tua suami sudah tua. Mau tidak mau harus dijalani,” tutur dia.
Baca juga: Siap-siap, Perusahaan yang Tidak Daftarkan Pekerjanya BPJS Ketenagakerjaan Bakal Disanksi Pidana
Beruntung, keberadaan program JHT tersebut cukup meringankan beban pikiran untuk menjalani peran ganda tersebut. Setidaknya, ada ketenangan yang ia rasakan, karena setidaknya masa depan di hari tuanya sudah terjamin. Ia dipastikan mengantongi bekal finansial menghadapi hari tua nanti dan tidak perlu bergantung pada anak demi memenuhi kebutuhan.
“Setidaknya ketika kami tua nanti, tidak perlu merepotkan anak. Biarkan mereka fokus pada keluarganya sendiri,” kata Cynthia.
BPJS Ketenagakerjaan memang memberikan banyak manfaat untuk para pekerja terdaftar di Indonesia, dengan program perlindungan komprehensif. Manfaat ini begitu besar untuk generasi sandwich yang kerap kelimpungan menghadapi kesulitan finansial dan emosional ketika menjalankan peran sebagai perawat keluarga.
JHT memberikan perlindungan finansial untuk pekerja setelah pensiun, sehingga mereka tidak perlu khawatir tentang masa depan ketika sudah tidak lagi produktif bekerja.
Peran BPJS Ketenagakerjaan Mewujudkan Visi Indonesia Emas
Masa pensiun adalah saat-saat yang akan Anda alami. Saat produktivitas menurun, kebutuhan finansial akan selalu ada bahkan bisa saja meningkat. Bersandar pada pendapatan dari pekerjaan ketika sudah tidak lagi produktif tentu saja kurang cukup. Maka, dana pensiun bisa menjamin kelangsungan hidup di masa tua.
Dana pensiun juga menjadi cara agar keluar dari lingkaran generasi sandwich. Anda akan lebih mampu memiliki masa tua yang terencana dan tanpa beban.
Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan, Anggoro Eko Cahyo mengatakan, perlu ada pondasi kuat untuk mewujudkan masa tua yang aman. Hal ini juga sejalan dengan upaya transformasi BPJS Ketenagakerjaan menuju Indonesia Emas 2045
“Peran kami untuk memastikan bahwa Indonesia Emas terwujud, perlu pondasi yang kuat untuk para pekerja yang punya produktivitas yang baik dan di masa pensiun pekerja tidak jatuh miskin karena memiliki Tabungan Hari Tua (JHT), dia tidak jatuh miskin karena memiliki Jaminan Pensiun (JP) itulah peran BPJS Ketenagakerjaan dalam mendukung Indonesia Emas," ujar Anggoro.
Upaya transformasi tersebut, salah satunya dengan digitalisasi layanan lewat Jamsostek Mobile (JMO). Salah satu fiturnya memudahkan program klaim JHT agar tidak lagi manual.
Dengan aplikasi tersebut, peserta juga tidak perlu lagi datang ke kantor cabang. Kemudian, hanya cukup mengunduh aplikasi JMO dan pencairan dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja.
“Saat ini di JMO yang pasti peserta sudah bisa langsung melakukan checking bagaimana profil dan otentifikasi akunnya dia, pengkinian data, bagaimana kartu digital, jadi mereka tidak perlu pegang kartu fisik lagi, di handphone sudah ada kartu digital, status kepesertaan, dan yang paling banyak diakses di JMO ini adalah cek saldo," kata Anggoro.
Namun, keluar dari lingkaran generasi sandwich bukan berarti Anda mengabaikan orang tua begitu saja. Meski orang tua Anda sudah siap secara finansial untuk masa pensiunnya, mereka tetap butuh kasih sayang dan perhatian Anda. Seandainya Anda tetap harus berbagi secara finansial, namun setidaknya Anda punya pegangan untuk hari tua yang lebih tenang.
(TRIBUNSOLO.COM/PUTRADI PAMUNGKAS)
Kenapa BSU 2025 Tidak Kunjung Cair Padahal Status Sudah Lolos Verifikasi? Ada 2 Tahap Mekanismenya |
![]() |
---|
Pemkab Pastikan 860 Relawan SAR Sukoharjo Tercover BPJS Ketenagakerjaan, Bukti Kepedulian Bupati |
![]() |
---|
7 Hal yang Bikin BSU Tidak Cair Meski Peserta Aktif BPJS Ketenagakerjaan, Sudah Terima Bantuan Lain |
![]() |
---|
Link Website untuk Mengecek Apakah Termasuk Penerima BSU Juni-Juli 2025 atau Bukan, Login di Sini |
![]() |
---|
5 Fakta Pemdes Wunut Klaten Beri THR ke 2.289 Warganya, Per Anggota Keluarga Dapat Rp 200 Ribu |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.