Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Opini

Peternakan Hadapi Tantangan Global VS Peternakan: Sektor Penting dalam Kesejahteraan Global

Menurut estimasi FAO, laporan terbaru pada tahun 2023 terdapat sekitar 735,1 juta orang mengalami kelaparan

Istimewa
Desna Ayu Wijayanti, S.Pt., M.Pt (Produksi Ternak) 

Produksi ternak berupa daging berasal dari ternak besar, ternak kecil, ternak  unggas, dan aneka ternak seperti kelinci dan puyuh. Produksi ternak berupa susu berasal dari sapi perah.

Sedangkan produksi ternak berupa telur berasal dari  ayam, itik, hingga puyuh (Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2022).

Berikut ditampilkan perkembangan produksi ternak di Indonesia, diambil dari data Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, 2022):

Perkembangan produksi ternak
Perkembangan produksi ternak di Indonesia, diambil dari data Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, 2022).

Meskipun secara umum terlihat berkembang cukup baik, peternakan di Indonesia juga harus menghadapi berbagai tantangan global.

FAO mencatat angka kelaparan nasional berdasarkan Prevalence of Undernourishment (PoU) yaitu prevalensi ketidakcukupan pangan atau dimana konsumsi energi sehari-hari dari makanan tidak cukup untuk memenuhi tingkat energi yang dibutuhkan. 

Pada tahun 2022 terdapat 16,2 juta orang mengalami kelaparan atau 5,9 persen dari total populasi Indonesia.

Bila dilihat dari angka konsumsi protein hewani masyarakat Indonesia seperti daging , telur dan susu semakin tahun semakin meningkat, namun angka tersebut masih dibawah standar gizi nasional yakni diangka 7,10 kg; 3,48 kg dan 6,5 kg per kapita/tahun.

Dibandingkan dengan negara di Asia dan ASEAN, konsumsi protein Indonesai juga masih terhitung rendah, sebagai contoh misalnya konsumsi daging Malaysia 48 kg/kapita/tahun (7 x dari Indonesia), China 43,40 kg/kapita/tahun, Japan 25,97 kg/kapita/tahun.

Untuk telur Jepang mengkonsumsi 20,54 kg/kapita/tahun (6 kali dari Indonesia), Malaysia sebesar 17,62kg/kapita/tahun.

Untuk konsumsi susu, Bangladesh 31,5 kg/kapita/tahun ( 5 x dari Indonesia) dan Jepang 10,72 kg/kapita/tahun.

Kondisi kurang gizi dengan indikator kasus stunting di Indonesia yang tergolong tinggi disebabkan rendahnya asupan protein hewani. Berdasarkan data FAO 2023, rata-rata asupan protein hewani dunia 23,9 g/kapita/hari, sedangkan Indonesia hanya sebesar 5,4 g/kapita/hari. Dibandingkan dengan beberapa negara di dunia konsumsi produk peternakan Indonesia masih sangat rendah.

Peternakan Indonesia berperan dalam kesejahteraan global 

Untuk mengatasi tantangan-tantangan global yang sedang dihadapi, sektor peternakan membuat resolusi dengan mengadopsi berbagai inovasi dan teknologi modern, antara lain:
1) Peternakan dengan penggunaan teknologi digital seperti sensor untuk mempermudah pemantauan Kesehatan ataupun manajemen pemeliharaan secara real-time;
2) pakan berkelanjutan;
3) pengembangan vaksin dan bioteknologi dan
4) manajemen limbah.

Masa depan peternakan akan dipengaruhi oleh adopsi teknologi yang ada. Peternakan yang berkelanjutan ialah peternakan yang menyatukan antara teknologi modern dengan menajemen pemeliharaan yang baik, serta adanya penedekatan yang baik terhadap kesejahteraan ternak sebagai kunci untuk kepastian sektor peternakan dapat menjadi pilar yang penting bagi ketahanan panagn dan ekonomi di masa yang akan datang.

Dengan mengadopsi inovasi teknologi dan praktik berkelanjutan, ada harapan bahwa peternakan dapat terus berkembang dan bisa memenuhi kebutuhan dunia yang terus berubah dan penuh tuntutan.

Melalui pendekatan yang lebih konkret, peternakan tidak hanya dapat meningkatkan produktivitas, tetapi juga melindungi lingkungan dan mendukung kesejahteraan masyarakat pedesaan.

(Desna Ayu Wijayanti S.Pt. M.Pt)

 

 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved