Program Prioritas Solo Era Gibran
Roda Nasib Sri Kayu dan Pasar Mebel eks-Bong Mojo Solo : Ramai Sebelum Dibangun, Kini Makin Sepi
Sri Kayu menjadi salah satu program prioritas era kepemimpinan Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka.
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Putradi Pamungkas
“Ini ada yang setuju ada yang tidak setuju. Ada yang mau dipindah ada yang tidak mau. Ada pro dan kontra. Kalau proses dialog sampai beberapa kali di balai kota, tempatnya Pak Wakil Wali Kota. Pak Wali Kota sendiri tidak pernah ketemu tidak pernah dialog. Kalau keinginan kebanyakan lebih dari 50 persen dibangun tapi dikembalikan seperti semula. Maunya gitu. Tapi dari pemerintah nggak bisa. Harus keluar dari sini dibikinkan pasar baru. Dibangunkan lagi di Bong Mojo,” jelasnya.
Setelah 6 bulan berjalan, mereka justru kesulitan beradaptasi dengan berbagai mesin canggih dan gedung mewah di Sri Kayu.
Hingga kini belum ada transaksi sepeser pun dihasilkan dari Sri Kayu.
“Kendalanya SDM. Dari teman-teman kurang. Tidak mampu. Dulunya hanya menjadi pedagang jualan saja. Tidak memproduksi mulai awal. Mesinnya canggih semua bagus SDM tidak memenuhi ya nggak bisa. Mindsetnya teman-teman tidak bisa. Kenyataannya sulit,” ungkapnya.
Baca juga: Kenapa Nama Sentra IKM Mebel Gilingan Jadi Sri Kayu? Ternyata Ini Alasan Gibran
Menurutnya, akan jauh berbeda jika pembangunan sentra industri semacam ini dibangun di lingkungan pengrajin.
Bukan di lingkungan pedagang yang lebih berorientasi pada berjualan ketimbang produksi.
“Dulunya kalau berdirinya di kampung pengrajin manfaatnya besar sekali untuk mesin-mesin itu. Berdirinya IKM ini di tengah-tengah kampung yang tidak produksi hanya pedagang. Contoh saja berdirinya IKM ini daerah Kalioso satu kecamatan semua pengrajin manfaat sekali untuk mesin-mesin ini. Di Jawa Timur di Nganjuk satu kampung pengrajin semua. Kalau di sini dilema nggak ada pengrajinnya. Manfaatnya kurang,” jelasnya.
Sementara itu, Pasar Mebel Eks-Bong Mojo juga sepi karena tak adanya promosi.
Bahkan hingga kini belum ada peresmian pasar yang dibangun di Jalan Mojo, Jebres ini.
Letaknya yang kurang strategis membuat pasar ini sulit dijangkau.
“Teman-teman menurun drastis. Pasar baru memang sulit untuk kembali seperti semula. Apalagi lokasinya terlalu ke dalam. Pemerintah juga kurang sosialisasi. Dari pasar harus ada event promosi supaya pasar baru dikenal lagi. Nggak ada (upaya promosi). Malah saya dengar dari teman-teman belum pernah diresmikan. Itu kan kendala juga. Gimana promosinya kalau tidak serius ditangani pemerintah,” terangnya.
(*)
Program Prioritas Solo Era Gibran
Gibran Rakabuming Raka
Kota Solo
Pasar Mebel
Bong Mojo
Sri Kayu
Liputan Khusus
Baru 100 Ton Per Hari, PLTSa Putri Cempo Targetkan Bisa Capai 545 Ton Akhir Tahun Ini |
![]() |
---|
DLH Solo Akui Sarana dan Prasarana Belum Memadai untuk Pemilahan Sampah dari Hulu ke Hilir |
![]() |
---|
PSEL Putri Cempo Solo Didenda Karena Gagal Hasilkan 5 Megawatt, Operator Lobi Pemerintah Ubah MoU |
![]() |
---|
Kejar Target, PSEL Putri Cempo Solo Tambah Incinerator, Polusi Udara dan Eksploitasi Air Membayangi |
![]() |
---|
PSEL Putri Cempo Solo Baru Bisa Olah Seperlima dari Target, Tim Ahli Ungkap Tiga Kendala Utama |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.