Fakta Menarik Tentang Solo
Mitos Sasana Sewaka, Titik Sakral Keraton Solo yang jadi Tempat Sinuhun Semedi
Bangunan ini menjadi panggung sakral di mana Sri Susuhunan diyakini berkomunikasi secara kosmik dengan kekuatan tertinggi.
Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono
Namun, berbeda dengan itu, Sasana Sewaka memiliki fungsi lebih sakral, karena menjadi tempat upacara spiritual raja, bukan hiburan duniawi.
Ritual Lenggah Sinewaka: Raja dan Kosmos
Fungsi utama Sasana Sewaka adalah untuk upacara Lenggah Sinewaka, yang diadakan pada hari Senin dan Kamis, atau pada peristiwa penting kerajaan.
Dalam ritual ini, raja duduk di atas Dampar Kencana (singgasana emas) dan melakukan samadi (hening cipta) bersama para pejabat yang menghadap.
Tujuan ritual ini adalah untuk memohon keselamatan, kesejahteraan, dan ketenteraman bagi seluruh rakyat serta alam semesta.
Konsep ini sejalan dengan falsafah “Berbudhi bawa leksana”, yaitu bahwa seorang pemimpin sejati harus berbudi luhur, tidak egois, dan mampu menempatkan kepentingan rakyat di atas dirinya sendiri.
Ritual ini juga menggambarkan gagasan “Dewa Raja” dalam kosmologi Jawa, yakni raja sebagai wakil Tuhan di dunia yang memelihara harmoni kosmik.
Paham Dewa Raja dan Hubungan Spiritual dengan Alam Gaib
Dalam tradisi mistik Jawa, raja tidak hanya pemimpin politik, melainkan juga penguasa spiritual yang bertanggung jawab menjaga keseimbangan antara dunia lahir dan batin.
Oleh sebab itu, setiap tindakan raja, termasuk ritual di Sasana Sewaka, diyakini mempengaruhi keselamatan kerajaan dan rakyatnya.
Salah satu bentuk hubungan spiritual yang paling terkenal adalah mitos Ratu Kidul (Nyai Rara Kidul), penguasa Laut Selatan.
Kepercayaan ini begitu kuat sehingga orientasi bangunan keraton pun diarahkan ke selatan, simbol hubungan antara raja dengan kekuatan laut yang melambangkan energi alam.
Di Keraton Surakarta, hubungan ini tercermin pula dalam Panggung Sanggabuwana, sebuah menara sakral tempat raja bermeditasi dan bersembahyang.
Sasana Sewaka menjadi bagian dari sistem kepercayaan ini, sebagai titik di mana Raja “lenggah” (bersemayam) untuk menyatukan diri dengan semesta.
Baca juga: Mengenal Gerbang Kori Kamandungan Kidul, Jalur Terakhir Raja Keraton Solo saat Mangkat
Akulturasi Arsitektur Jawa dan Eropa
Selain aspek spiritual, Sasana Sewaka juga mencerminkan proses akulturasi budaya antara Jawa dan Eropa yang berkembang pada masa kolonial.
Pengaruh Eropa tampak dari penggunaan lantai semen atau marmer untuk menopang struktur tiang dan atap, sesuatu yang sebelumnya tidak lazim dalam rumah tradisional Jawa yang biasanya berlantai tanah.
Dalam simbolisme Jawa, lantai ini bermakna akar kokoh yang menopang pertumbuhan dan kesejahteraan kehidupan.
| Sejarah Busana Pengantin Dodotan Solo Basahan yang Ditetapkan Sebagai Warisan Budaya Takbenda |
|
|---|
| Mengenal Sejarah dan Fungsi Samir, Selempang yang Wajib Dikenakan Pengunjung Saat Masuk Keraton Solo |
|
|---|
| Sejarah Pasar Klithikan Notoharjo Solo, Dari Lokalisasi Silir hingga Jadi Pusat Barang Bekas Populer |
|
|---|
| Sejarah Dibangunnya Beteng Trade Center BTC Solo yang Kini Semakin Sepi Pengunjung |
|
|---|
| Awal Mula Terbentuknya Sungai Bengawan Solo, Ada Legenda Seorang Ibu yang Tangisi Kematian Anaknya |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.