Seorang Ibu Miskin Usia 70 Tahun di Sukoharjo Tinggal Bersama 2 Orang Anak Keterbelakangan

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Adi Surya Samodra

TRIBUNSOLO.COM, SUKOHARJO - Perempuan renta berusia kurang lebih 70 tahun berpakaian putih keluar dari ruang berukuran kurang lebih 3 meter x 4 meter.

Matanya sayu dan kerut-kerut diwajahnya terlihat tatkala dirinya tersenyum.

Dialah, Mariyam, seorang warga Kampung Kedung Gudel RT: 01/RW: 03, Kelurahan Kenep, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo.

Ia tinggal di ruangan itu bersama kedua anak laki-lakinya yang keterbelakangan.

• Warga Boyolali Terima Terima Bantuan Misterius Sebesar Rp 600.000, Bertuliskan BTS COVID 19 tahap 1

• Petugas Kecamatan Ngemplak Boyolali Bantah Ada Warga yang Telah Terima BLT Covid-19

Satu diantara dua anak itupun memiliki sakit stroke dan telah diidapnya kurang lebih selama lima tahun terakhir ini.

Seorang anak yang lainnya kini mengumpulkan rosok kemudian dijual ke pengepul untuk menambah pemasukan keluarga.

Mariyam mengatakan dirinya memiliki enam orang anak dari dua pernikahannya.

Dari pernikahan yang pertama, ia memiliki empat orang anak dan dua diantaranya kini tinggal bersamanya.

"Saya sudah tinggal disini selama kurang lebih 3 tahun, sebelumnya tinggal di Tawangsari, anak saya empat dari pernikahan yang pertama, dua anak diadopsi," kata Mariyam kepada TribunSolo.com, Rabu (29/4/2020)

• Update Corona Sukoharjo per Selasa 28 April 2020: Tambahan 3 Kasus Positif dari Klaster Gowa

• Pemilik Kos yang Usir 3 Perawat Bakal Dipolisikan, Polres Sukoharjo Akui Ada Telepon dari RSUD Solo

Bapak dari keempat anak tersebut telah meninggal dunia bertahun-tahun yang lalu.

Mariyam kemudian memutuskan menikah lagi dan memiliki dua orang anak.

Namun, pernikahannya dengan suami keduanya tidak berjalan mulus, dan mereka memutuskan untuk pisah rumah.

• Jelang Lebaran, Ratusan Buruh CV Pi Xiu Gatak Sukoharjo Telan Pil Pahit, 2 Bulan Gaji Belum Dibayar

Anak-anak Mariyam yang tak lagi tinggal bersamanya kini pun telah bekerja dan berkeluarga.

Mereka kini ada yang bekerja sebagai pengepul keong sawah, penjual nasi goreng, guru, dan ada yang bekerja di daerah Nusa Tenggara Timur (NTT).