Berita Karanganyar Terbaru
Larangan Mudik 2021, Nasib Perusahaan Otobus Makin Terpuruk, Masih Pertimbangkan Jalankan Armada
Perusahaan otobus kembali harus memupuskan angan mereka seusai larangan mudik Idul Fitri kembali diberlakukan.
Penulis: Adi Surya Samodra | Editor: Ryantono Puji Santoso
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Adi Surya Samodra
TRIBUNSOLO.COM, KARANGANYAR - Perusahaan otobus kembali harus memupus angan mereka seusai larangan mudik Idul Fitri kembali diberlakukan.
Larangan itu tertuang dalam Peraturan Menteri Perhubunhan No. PM 13 Tahun 2021 tentang pengendalian transportasi masa Idul Fitri 1442 H.
Larangan mudik membuat perusahaan otobus mikir-mikir untuk melajukan unit armada.
Baca juga: Meski di Sragen Ada Penyekatan, Pemudik Nekat Incar Jalur Tikus, Ini yang Bakal Dilakukan Polisi
Baca juga: Pondok Pesantren Solo Ini Larang Santri Mudik, Siapkan Prokes di Pondok: Ada Ruang Isolasi Mandiri
Apalagi, biaya operasional tiap unit armada tidaklah murah meskipun hanya melayani rute aglomerasi.
"Biaya operasional terus bertambah, tapi penumpang sudah tidak lagi ramai," kata pengurus garasi bus Langsung Jaya, Joko Widodo, Selasa (27/4/2021).
"Mau jalan tapi pendapatan sopir sehari dapat Rp 20 ribu sampaI Rp 30 ribu padahal orang rumah juga bergantung pada itu," tambahnya.
Tidak hanya pendapatan sopir, omzet perusahaan otobus menurun drastis hingga 70 persen sebelum adanya larangan mudik kembali diterapkan.
"Pandemi ini. Satu armada yang melayani rute Solo - Yogyakarta PP, misalnya biasanya bisa setor Rp 300 ribu sekarang cuma Rp 100 ribu," ucap Joko.
Baca juga: Larangan Mudik 2021, Aktivitas Kereta Api di Solo - Jogja Masih Normal: Belum Terlihat Pengetatan
"Sementara, untuk rute Jakarta biasanya dapat Rp 1 juta sekarang cuma Rp 400 ribu," tambahnya.
Alhasil, perusahaan otobus mau tidak mau melakukan efisiensi berupa pengurangan armada yang beroperasional.
"Rute Jakarta yang dulu ada 20-an armada sekarang cuma 2 unit yang jalan. Rute Yogyakarta cuma 5 unit. Tawangmangu cuma 6 unit," kata Joko.
Baca juga: Wapres Maruf Amin Minta Santri Boleh Mudik, Ketua PCNU Sragen : Kami Ikut Saja, Tetap Taati Prokes
Selain pengurangan jumlah armada yang beroperasi, beberapa karyawan perusahaan otobus memilih pindah haluan pekerjaan.
"Awalnya jumlah karyawan ada 200-an orang tapi sekarang ada 50 sampai 80-an orang. Banyak yang keluar," ucap dia.
"Pada alih haluan. Ada yang jadi pedagang, petani, dan tukang bangunan. Pandemi dan larangan mudik membuat susah," tambahnya.