Klaten Bersinar
Potret Uniknya Pembagian Paket Sembako di Klaten, Sembako Dibawa di Motor Polisi dengan Bronjong
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Ibnu Dwi Tamtomo
TRIBUNSOLO.COM, KLATEN - Cara berbeda digunakan Polres Klaten dalam membagikan ratusan paket sembako bagi warga yang terdampak kenaikan harga BBM.
Pantauan TribunSolo.com, para polisi tepatnya Bhabinkamtibmas mengendarai sepeda motor yang merupakan kendaraan dinas mereka.
Di bagian belakang motor itu terlihat ada bronjong berwarna hijau.
Bronjong tersebut telah terisi paket beras berukuran masing-masing 5 kilogram.
Adapun 650 paket beras itu dibagikan secara serentak di seluruh wilayah Kabupaten Klaten.
Baca juga: Ustaz Abdul Somad Ceramah di Masjid Al Aqsha Klaten, Polisi : Personel Kawal Tamu VIP hingga Parkir
Baca juga: Waspada, Maling Helm Mahal Marak di Klaten : Sehari Tiga Helm Hilang, Harganya Capai Jutaan Rupiah
Pembagian langsung diberikan oleh Polres Klaten bersama Kodim 0723/Klaten, Pemkab dan Mahasiswa.
Yakni di halaman parkir Masjid Agung Al-Aqsha, Kecamatan Utara dan Sub Terminal Penggung, Kecamatan Ceper.
Kegiatan bagi-bagi paket beras kepada masyarakat itu dalam rangka mengurangi dampak penyesuaian harga BBM.
Ratusan paket bantuan tersebut diberangkatkan serentak dari Mapolres Klaten menuju sasaran masing-masing.
Kapolres beserta rombongan, terjun langsung membagikan bantuan kepada masyarakat.
Mereka menyambangi sasaran di Masjid Al Aqsa Klaten dan Sub Terminal Penggung.
"Hari ini kami didampingi pak Dandim, kemudian perwakilan dari Pemda, rekan-rekan dari mahasiswa dari Kabupaten Klaten melaksanakan bakti sosial bantuan dari Polda Jateng kepada masyarakat yang terdampak kenaikan harga BBM," jelas Kapolres Klaten AKBP Eko Prasetyo.
Sebanyak 650 paket beras seberat 5 kilogram ini dibagikan ke 24 kecamatan di wilayah Klaten.
Baca juga: Peringati Hari Pariwisata Sedunia, Wakil Bupati Klaten Dorong Pertumbuhan Wisata Baru di Klaten
Baca juga: Inilah Maling Kebangetan : Masih Muda, Gasak Kotak Amal 17 Masjid di Klaten, Uangnya Jutaan Rupiah
"Sasarannya adalah tukang becak, ada kuli bangunan, ojol dan masyarakat kecil lainnya," ungkapnya.
Kapolres mengatakan bahwa bakti sosial kepada masyarakat terdampak kenaikan harga BBM akan terus dilaksanakan setiap hari Jumat.
Dia berharap bantuan ini bisa meringankan beban warga.
Sementara itu, Darno (70) salah seorang tukang becak yang menerima bantuan, mengucapkan terima kasih atas bantuan yang diberikan.
"Alhamdulillah dapat bantuan beras, terima kasih (Polres Klaten) atas bantuannya," ucap Darno.
Darno menuturkan bantuan tersebut sangat membantu di tengah kenaikan harga BBM.
Ditambah lagi sepinya pengguna jasa tukang becak yang menjadi mata pencaharian utamanya.
"Sekarang becak sepi, belum tentu sehari dapat penumpang. Misal dapat penumpang sehari itu cuma 2 atau 1. Dapat uang 10 ribu untuk makan," pungkasnya.
Keluh Kesah Pedagang Pasar Legi Solo : Tak Dapat Bantuan Seperti Buruh Gendong
Menurunnya daya beli masyarakat akibat kenaikan harga BBM bersubsidi perlahan mulai terasa.
Para pedagang Pasar Legi mengalami situasi tersebut.
Dalam beberapa hari terakhir, mereka mengaku mengalami penurunan pengunjung.
Salah satunya, Wiji (83) penjual bawang merah dan bawang putih di area los.
Baca juga: Hampir Sebulan Harga BBM Naik, Ini Lho Alasan Harga Bahan Pokok di Pasar Legi Solo Relatif Stabil
Baca juga: Gibran Kecewa Pasar Malam Sekaten Solo Diterpa Banyak Keluhan, Begini Tanggapan Dirut EO Diana Ria
"Jualan kaya gini, enggak ada orang. Anaknya kecil-kecil, cari makan susah," kata Wiji, saat ditemui TribunSolo.com, Kamis (22/9/2022).
Hal ini dikonfirmasi beberapa pedagang lain, seperti Parmi (59), penjual empon-empon.
Meskipun beberapa komoditas justru mengalami penurunan harga, pengunjung pasar yang sepi membuat penghasilannya ikut turun.
"Pengunjung agak sepi," terangnya.
Penjual daging ayam, Supatmi (55) juga merasakan hal serupa.
Ia meminta pemerintah dapat lebih memperhatikan nasibnya dan para pedagang pasar.
Baca juga: Harga BBM Naik, Empon-empon Justru Ramai-ramai Turun Harga, Ketakutan Ditinggal Pembeli Jadi Faktor
Baca juga: Fashion Show Busana Profesi, Cara SD Kristen Widya Wacana Ajak Siswa Hargai Semua Jenis Pekerjaan
Sebab, menurut Supatmi, beberapa buruh gendong warga Solo telah didata untuk diproses mendapatkan bantuan sebagai dampak kenaikan BBM.
Lain halnya dengan para pedagang pasar.
"Untuk pedagang pasar tidak ada bantuan apa-apa. Kalau tukang gendong ada. Kemarin ada kaya telanan pisau itu tapi sudah lama sekali," tuturnya.
Harga Empon-empon Turun
Kenaikan BBM telah diumumkan sejak 3 September 2022 lalu.
Namun, hal ini tidak berdampak signifikan pada beberapa komoditas.
Beberapa komoditas justru terpantau mengalami penurunan.
Salah satunya empon-empon.
"Empon-empon malah turun. Jahe Rp14.000 per kilogram. Kencur Rp12.000. Kunyit Rp4.000," terang Parmi (59), salah satu pedagang empon-empon di Pasar Legi Solor, saat ditemui TribunSolo.com, Kamis (22/9/2022).
Baca juga: Ibu Negara Iriana Kunjungi Sragen, Beli Oleh-oleh untuk Presiden Jokowi, Apa Itu?
Baca juga: Hampir Sebulan Harga BBM Naik, Ini Lho Alasan Harga Bahan Pokok di Pasar Legi Solo Relatif Stabil
Empon-empon merupakan bahan dasar pembuatan jamu tradisional.
Sampai saat ini jamu masih dikonsumsi masyarakat modern karena dipercaya mampu meningkatkan daya tahan tubuh.
Bahan bakunya pun cukup mudah dicari.
Para pedagang memang tidak bisa serta-merta menaikkan harga jual meskipun ongkos naik.
Ketakutan ditinggal oleh pembeli menjadi faktor utama.
Hal ini diungkapkan oleh salah satu pedagang Pasar Legi, Supatmi (55).
"Apa-apa semua naik, tapi yang jual tidak bisa naik," tuturnya.
Baca juga: Muncul Aduan di Ulas Solo, Siswa SD Tendang Teman hingga Kencing Berdarah, Begini Penjelasan Dinas
Sehari-hari, Supatmi menjual daging ayam.
Daging ayam sendiri saat ini berada di kisaran Rp33.000 per kilogram.
Harga relatif stabil tanpa terpengaruh kenaikan BBM.
Sayur Tak Terpengaruh, Cabai Naik Tapi Bukan Gara-gara BBM
Kenaikan harga BBM ternyata tidak membawa pengaruh besar terhadap harga bahan pokok, khususnya di Kota Solo.
Hal ini disampaikan oleh Kepala Pasar Legi Nur Ahmadi, saat ditemui Kamis (22/9/2022).
Bahan pokok yang dipasok oleh petani lokal tidak membuat ongkos transportasi membengkak.
"Naiknya tidak berdampak ke transportasi. Misal pasokan sayur hanya lokal Karanganyar, Boyolali, Wonosobo. Pakai mobil naiknya 30 ribu tidak begitu signifikan," terangnya.
Baca juga: Muncul Aduan di Ulas Solo, Siswa SD Tendang Teman hingga Kencing Berdarah, Begini Penjelasan Dinas
Baca juga: Cara SMAN 4 Solo Cegah Perundungan ke Sesama Siswa, Latih Toleransi Sejak Dini di Lingkungan Sekolah
Per 22 September 2022 pihaknya mencatat bawang merah berada di kisaran Rp25.000, sementara bawang putih Rp22.000.
Salah satu pedagang, Sugiyem (70) mengaku menjual bawang merah Rp24.000.
Bahkan, beberapa komoditas tercatat mengalami penurunan.
Seperti telur ayam yang sempat mengalami kenaikan sampai Rp33.000 kini turun di angka Rp24.000 per kilogram.
Sedangkan cabai saat ini memang mengalami kenaikan mencapai Rp50.000.
Namun, hal ini ditengarai bukan karena naiknya harga BBM, melainkan karena pasokan yang minim.
Baca juga: Gegara Petani Lebih Pilih Tanam Tembakau, Harga Cabai Rawit Merah di Boyolali Tembus Rp 60 Ribu/Kg
Baca juga: Viral Petani Rusak Tanaman Sendiri karena Harga Sayur Anjlok, dari Rp3.000 per Kg Jadi Rp200 per Kg
"Cabai pengaruhnya dari pasokan. Hasil panen minim, kebutuhan banyak yang punya hajatan, itu pasti ada kenaikan. Fluktuasi dari dulu seperti itu," jelas Nur.
Begitu juga dengan harga sayuran. Salah satu pedagang, Tin (43) mengaku harga sayuran tidak terpengaruh kenaikan BBM.
Seperti wortel di kisaran Rp14.000.
"Sayuran tidak terlalu banyak terpengaruh," tuturnya.
Harga Cabai Tembus Rp60 ribu/kg di Boyolali
Meroketnya harga cabai di Boyolali ternyata tak lepas dari tangan petani setempat.
Petani lebih memilih menanam tembakau, sehingga mereka belum bisa memanen cabai untuk saat ini.
Alias tak memiliki pasokan cabai untuk dijual.
Hal ini dibenarkan Woko petani di Cepogo.
Woko mengatakan kenaikan harga cabai ini karena banyak petani di lereng Merapi Merbabu yang tak banyak menanam cabai.
"Sebagian besar menanam tembakau. Dan ini baru saja panen, petani kemudian baru menanam cabai lagi," kata Woko, kepada TribunSolo.com, Selasa (20/9/2022).
Petani lain di Cepogo, yakni Susanto juga memiliki pendapat senada.
Mulai berkurangnya pasokan dari petani menjadikan harga cabai ini kembali meningkat.
Di Pasar Boyolali Kota harga cabai rawit merah menemus Rp 60 ribu/kg atau naik Rp 20 ribu.
Tingginya harga itu mengingat pasokan dari petani sudah mulai berkurang dan harganya juga sudah tinggi.
"Masa panen sudah mau selesai. Jadi hasil cabai berkurang banyak," kata Susanto.
Baca juga: Viral Makanan Napi Lapas Salemba Cuma Nasi Putih, Beli Lauk Bayar Rp30 Ribu, Kalapas Beri Penjelasan
Baca juga: Harga Cabai, Beras & Bawang di Pasar Legi Kota Solo Merangkak Naik Pasca Kenaikan Harga BBM
Dia menyebut harga cabai dari petani saat ini tembus Rp 45 ribu/kg.
Harga itu meningkat lagi dari sebelumnya yang hanya berkisar Rp 30-35 ribu/kg.
"Dulu pas lebaran hingga satu bulan setelahya kan tinggi. Kemudian berangsur turun. Nah ini naik lagi," jelasnya.
Harga Sembako
Stabilnya harga kebutuhan pokok di Kabupaten Sragen pasca kenaikan harga BBM ternyata tak berlaku bagi komoditas cabai dan kedelai.
Hal ini berbeda dengan harga minyak goreng, bawang merah, bawang putih hingga gula pasir yang cenderung stabil di Pasar Bunder Sragen.
Harga kedua komoditi tersebut, yakni cabai dan kedelai bahkan meroket tajam.
Seperti cabai keriting merah yang harganya mengalami peningkatan hingga 2 kali lipat.
Baca juga: Masih Aman, Harga Minyak Goreng hingga Gula Pasir di Pasar Sragen Belum Terdampak Kenaikan Harga BBM
Baca juga: Update Harga Kebutuhan Pokok di Klaten : Cabai Naik Rp 5 Ribu/Kg, Beras Naik hingga Rp 1.000/Kg
Salah satu pedagang cabai, Triyono mengatakan cabai keriting merah, yang awalnya dibanderol Rp 35.000/kg, kini menjadi Rp 75.000/kg.
"Harga cabai naik, cabai keriting merah ini bisa 2 kali lipat naiknya, sekarang harganya Rp 75.000, awalnya Rp 30.000 atau Rp 35.000," ujar Triyono, kepada TribunSolo.com, Senin (5/9/2022).
Menurutnya, kenaikan harga cabai keriting merah sudah terjadi sejak 4-5 hari terakhir.
Selain itu, harga cabai rawit merah juga semakin pedas, yang sebelumnya Rp 36.000/kg, kini mengalami kenaikan menjadi Rp 50.000/kg.
Meski begitu, harga cabai lainnya cenderung stabil, yakni cabai rawit hijau Rp 26.000, cabai keriting hijau Rp 40.000, cabai merah besar Rp 55.000.
"Kalau yang lain, naik turunnya hanya Rp 2.000 sampai Rp 5.000," jelasnya.
Triyono menuturkan penyebab kenaikan harga cabai dipengaruhi oleh kenaikan harga BBM yang berdampak kepada ongkos kirim cabai.
Triyono sendiri mengambil cabai-cabai tersebut dari petani di Jawa Timur, seperti Probolinggo dan Madura.
"Penyebabnya karena faktor BBM naik, barangnya juga agak terbatas, karena ongkos kirim naik," katanya.
Baca juga: Kios Renteng Nglangon Sragen Bakal Tinggal Nama : Ada Sejak 1975, Dalam Waktu Dekat Akan Diratakan
Baca juga: Kabel Listrik ke Kulkas Korslet Gegara Tak SNI, Nyaris Bakar Habis Rumah Warga Gondang Sragen
"Dampaknya omzet turun, biasanya bisa jual 1,5 kwintal, ini cuma 50 kilogram saja, takut juga pembeli berkurang, biasanya harga mahal pembeli berkurang," tambahnya.
Terpisah, kenaikan harga juga mulai dirasakan para perajin tahu di Kabupaten Sragen.
Eni, penjual tahu di Pasar Bunder Sragen, berkeluh kesah soal kenaikan harga bahan baku pembuat tahu yang naik yaitu kedelai.
Menurut Eni, harga kedelai yang awalnya Rp 11.800 kini naik menjadi Rp 12.100.
"Harga kedelai naik, naiknya bareng BBM naik, awalnya Rp 11.800 menjadi Rp 12.100," jelas Eni.
Meski harga kedelai mulai naik perlahan, Eni belum berani menaikkan harga jual tahu miliknya.
Apalagi sudah ada wacana harga kedelai akan kembali naik.
"Tidak bisa menaikkan harga tahu, infonya harga kedelai mau naik lagi," pungkasnya.
Tak Terdampak, Harga Minyak Goreng hingga Gula Pasir Aman
Kenaikan harga BBM ternyata belum terlalu berdampak ke harga komoditas di pasar yang ada di Kabupaten Sragen.
Salah satunya di Pasar Bunder Sragen.
TribunSolo.com mendapati harga komoditas cenderung masih stabil.
Salah satu pedagang, Sri Gimin mengatakan harga barang-barang belum ada kenaikan.
Baca juga: Potret SPBU di Sragen Pasca Harga BBM Resmi Naik, Pelayanan Normal hingga Tak Ada Antrean Panjang
Baca juga: Kios Renteng Nglangon Sragen Bakal Tinggal Nama : Ada Sejak 1975, Dalam Waktu Dekat Akan Diratakan
"Harga masih stabil, belum ada yang naik, masih standar pasca kenaikan BBM," ujarnya kepada TribunSolo.com, Senin (5/9/2022).
Menurutnya, harga bawang merah dan bawang putih hingga gula pasir masih berada pada harga standar.
Harga bawang putih sekitar Rp 20.000/kilogram, sedangkan harga bawang merah di kisaran Rp 30.000/kilogram.
Bahkan, harga minyak goreng kini sudah mulai stabil.
Di mana minyak goreng curah dibanderol Rp 14.000/liter.
Di sisi lain, harga telur justru mengalami penurunan setelah sempat melonjak tajam.
Baca juga: Warga Sragen Antusias Datang ke SPBU, Ternyata Minta Daftar MyPertamina
Baca juga: Lokasi di Sragen Ini Bakal Jadi Surga Penggemar Durian : Di Sukorejo, Disiapkan Lahan 9,3 Hektare
Dari yang semula Rp 30.000 per kilogram, kini harga telur sudah turun hingga Rp 28.000 per kilogram.
"Harga minyak standar Rp 14.000 itu yang curah, telur malah turun kemarin Rp 30.000 turun Rp 28.000," terangnya.
Terpisah, pedagang ayam, Tinuk mengatakan harga daging ayam stabil meski harganya terbilang masih tinggi.
"Harga daging ayam stabil, tidak mengalami kenaikan, masih stabil," katanya kepada TribunSolo.com.
Harga daging ayam sendiri terpantau masih di kisaran Rp 35.000, yang membuatnya relatif masih tinggi.
"Satu minggu ini masih Rp 35.000, harganya tinggi sedikit," pungkasnya.
Kenapa Pemerintah Naikkan Harga BBM saat Harga Minyak Turun?
Pemerintah memutuskan menaikan harga bahan bakar minyak (BBM) PT Pertamina (Persero) di tengah tren penurunan harga minyak mentah dunia.
Keputusan pemerintah menaikkan harga BBM ini pun dipertanyakan oleh masyarakat, hingga akhirnya Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan penjelasannya.
"Masyarakat saat ini bertanya karena harga minyak dalam sebulan terakhir agak mengalami penurunan," ujar Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, dalam konferensi pers, Sabtu (3/9/2022).
Baca juga: Menkeu Sri Mulyani Prihatin, Ratusan Triliun Rupiah Subsidi Pertalite dan Solar Dinikmati Orang Kaya
Dirinya menjelaskan, walaupun harga minyak mentah mengalami penurunan, rata-rata harga acuan minyak mentah nasional atau ICP relatif masih tinggi.
Menkeu juga menyebutkan, jika harga ICP turun hingga ke level 90 dollar AS per barrel, rata-rata harga tahunan ICP masih berada pada kisaran 98,8 dollar AS per barrel.
"Atau kalaupun harga minyak turun sampai di bawah 90 dollar AS (per barrel), maka keseluruhan tahun rata-rata ICP masih di 97 dollar AS (per barrel)," kata dia.
Oleh karena itu, besaran subsidi BBM yang perlu disalurkan oleh pemerintah tetap akan membengkak, jika harga ICP mengalami penurunan cukup signifikan.
Baca juga: Pemerintah Gelontorkan Rp 502 T untuk Subsidi BBM, Sri Mulyani Punya Permintaan Khusus ke Pertamina
Dari hitung-hitungan, Sri Mulyani menyebutkan, dengan rata-rata harga tahunan ICP sebesar 99 dollar AS per barrel, maka pemerintah perlu menambah lagi sekitar Rp 151 triliun, dari anggaran subsidi energi Rp 502 triliun saat ini.
"Kalau harga ICP di 85 dollar AS per barrel sampai Desember, kenaikan subsidi tetap menjadi Rp 640 triliun (penambahan anggaran sebesar Rp 138 triliun)," ujarnya.
Menurutnya, saat ini pemerintah masih akan terus melakukan pemantauan terhadap perkembangan harga ICP, guna menentukan besaran anggaran subsidi yang perlu digelontorkan hingga akhir tahun ini.
"Karena memang suasana geopolitik dan suasana ekonomi dunia masih sangat dinamis," ucap Sri Mulyani.
Subsidi dinikmati orang kaya
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengakui meski pemerintah telah menetapkan kenaikan harga BBM (BBM naik) namun subsidi tetap dinikmati mereka yang memiliki mobil.
"Dana subsidi ini memang masih akan dinikmati oleh mereka yang punya mobil," ujar Sri Mulyani.
Baca juga: Catat, Kebiasaan Ini Ternyata Bisa Bikin Motor Matik Lebih Irit BBM, Mudah Dicoba saat Berkendara
"Jadi memang subsidi yang melalui komoditas seperti BBM, tidak bisa dihindarkan pasti dinikmati oleh kelompok yang memiliki kendaraan yang mengkonsumsi subsidi tersebut," kata dia lagi.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menyebutkan, meski ada penurunan harga minyak dunia, pemerintah masih menanggung selisih harga untuk menyubsidi Pertalite maupun Solar.
"Jadi subsidi kalau memang melalui komoditas yang tadi saya sampaikan bahwa dengan adanya kenaikan harga BBM (BBM naik) tadi sekitar di 100 dollar AS," beber Sri Mulyani.
"Atau bahkan kalau pun turun ke 95 dolar AS maka jumlah subsidi BBM dan listrik masih akan sebesar Rp 647 triliun atau Rp 653 triliun, kalau harganya agak menurun sedikit seperti sekarang sampai Desember," ungkap Sri Mulyani.
(*)