SD Negeri 2 Bero Trucuk Jadi Percontohan Sekolah Interaktif Terpadu, Ada Program Pengembangan Budaya

Program SIT menawarkan sejumlah pengembangan untuk siswa diantaranya pengembangan budaya religius, pengembangan pembiasaan bahasa jawa dan budaya jawa

Penulis: Ibnu DT | Editor: Rifatun Nadhiroh
TRIBUNSOLO.COM/Ibnu DT
Program SIT SD Negeri 2 Bero Trucuk, menawarkan sejumlah pengembangan untuk siswa diantaranya pengembangan budaya religius, pengembangan pembiasaan bahasa jawa dan budaya jawa. 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Ibnu Dwi Tamtomo

TRIBUNSOLO.COM, KLATEN - Ditunjuk menjadi percontohan Sekolah Interaktif Terpadu (SIT) atau Full Day School oleh Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Klaten sejak Juli 2023 membuat SD Negeri 2 Bero, Desa Bero, Kecamatan Trucuk, Klaten memiliki nilai lebih diantara SD Negeri lainnya di Kecamatan Trucuk.

Seperti diketahui memilih sekolah untuk anak bukan seperti memilih rumah, kendaraan atau barang kebutuhan lainnya, karena akan menentukan masa depan anak.

Sehingga orang tua harus jeli dalam menentukan pilihan yang tepat bagi sang anak.

Baca juga: Mengenal Kegiatan P5 di Sekolah Adiwiyata SMPN 1 Jogonalan Klaten, Sulap Sampah Jadi Pupuk Organik

Diungkapkan Kepala Sekolah SD Negeri 2 Bero, Lanjar Sri Widodo, bahwa sekolahnya menjadi satu-satunya SD Negeri di Kecamatan Trucuk yang dipilih menjadi Sekolah percontohan SIT oleh Disdik Kabupaten Klaten mulai tahun ajaran 2023-2024.

Tahun ajaran ini juga menjadi tahun perdana regrouping SD Negeri 1 dan 2 Bero sehingga total murid disekolah tersebut berjumlah 145 siswa.

"Ini dari 31 (SD Negeri di Kecamatan Trucuk) di hanya satu yang jadi percontohan (SIT)," jelasnya saat ditemui TribunSolo.com di SD Negeri 2 Bero, Kamis (21/9/2023).

Menyandang status sekolah percontohan juga berdampak pada peningkatan jumlah murid yang mendaftar di sekolah tersebut.

"Tahun sebelumnya itu cuma ada 13 tahun ini menjadi 36," jelasnya.

Baca juga: Senangnya Mbah Jo, Warga Klaten Dapat Kaos dari Jokowi : Ogah Dipakai, Mau Disimpan sebagai Kenangan

Lebih lanjut, Lanjar mengungkapkan SIT menjadi program yang diminati orang tua lantaran bisa membuat anak-anak fokus belajar dan menjauhi gawainya.

"Karena siswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk belajar di sekolah, dan mengurangi waktu bermain dengan handphone saat dirumah," ungkapnya.

Dalam proses pembelajaran SIT seusai jam wajib belajar yang dimulai dari pukul 07.00 WIB sedangkan jam pulang sekolah disesuaikan dengan jenjang pendidikan siswa pada hari Senin-Kamis.

Untuk kelas 1 siswa akan pulang pukul 13.15 WIB, kelas 2 dan 3 pulang pukul 13.50 WIB, sedangkan kelas 4 hingga 6 pulang pukul 15.00 WIB.

Khusus hari Jumat siswa akan pulang pukul 11.00 WIB, sedangkan Sabtu dan Minggu siswa libur.

Baca juga: Cerita di Balik Bupati Sri Mulyani Serahkan Bantuan untuk Rizki Warga Delanggu Klaten

Dalam pelaksanaannya setelah selesai jam belajar usai, para guru dan murid tidak pulang, masing-masing guru dan murid membawa bekal sendiri dari rumah.

Ketika tiba waktu dzuhur dilakukan shalat berjamaah kemudian dilanjutkan dengan kegiatan ekstrakurikuler.

Selain itu program SIT menawarkan sejumlah pengembangan untuk siswa diantaranya pengembangan budaya religius, pengembangan pembiasaan bahasa jawa dan budaya jawa.

Hal itu dilakukan untuk meningkatkan daya saing dengan sekolah swasta sekaligus menguatkan karakter siswa yang religius dan berbudaya.

Sejumlah siswa SD Negeri 2 Bero Trucuk bersama Kepala Sekolah, Lanjar Sri Widodo
Sejumlah siswa SD Negeri 2 Bero Trucuk bersama Kepala Sekolah, Lanjar Sri Widodo (TRIBUNSOLO.COM/Ibnu DT)

"Jadi selain menonjolkan sisi agamanya kita juga menonjolkan sisi budaya dengan adanya ekstrakurikuler bahasa jawa,"

"Jadi selain karakter (sebagai orang jawa), siswa juga dapat berkomunikasi dengan bahasa jawa," jawabnya.

Baca juga: Wapub Klaten Yoga Hardaya Harapkan Sinergitas Semua Elemen Sukseskan TMMD di Desa Gununggajah Bayat

Menurutnya, kepribadian jawa dan berbahasa jawa menjadi penting bagi anak, ditengah pergeseran budaya yang terjadi dimasyarakat.

"Karena bahasa jawa sebagai bahasa ibu sudah menghawatirkan sekali, karena saat ini sudah mulai ditinggalkan," paparnya.

Lanjar mengungkapkan selain budaya, religi atau agama juga menjadi sorotan dalam pembelajaran.

Hal itu terlihat dari keseharian siswa yang melakukan salat dhuha dan dzuhur berjamaah di sekolah.

"Kita juga ada di ekstrakurikuler tahfiz, target kita sampai kelas 6 mereka bisa hafal juz 30."

"Karena siswa kita banyak lulusan TK ABA, jadi orang tua pengen hafalan anaknya jangan sampai hilang, jadi kita fasilitasi dan ternyata orang tua dan siswa sangat antusias," jelasnya.

Selain Tahfiz dan Bahasa Jawa sekolah tersebut juga menggelar ekstrakulikuler Teknologi Informasi (TI), Drumband, Karawitan hingga Seni Tari.

Terakhir ia menegaskan, salah satu kelebihan sekolah negeri dibandingkan dengan sekolah swasta dapat dilihat dari sisi pembiayaan, yakni di SD Negeri bebas biaya pendidikan alias gratis.

Sementara itu, Kepala Disdik Kabupaten Klaten, Titin Windiyarsih menjelaskan jika SIT merupakan program yang dilakukan di 26 kecamatan se-Kabupaten Klaten.

"Jadi ini dilakukan di 26 Kecamatan se-Kabupaten Klaten, jadi satu kecamatan 1 sekolah."

"Konsepnya akademis, ekstrakulikuler, religius, dan nasionalisme ada, konsepnya seperti itu," jelasnya. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved