Program Prioritas Solo Era Gibran
Baru 100 Ton Per Hari, PLTSa Putri Cempo Targetkan Bisa Capai 545 Ton Akhir Tahun Ini
Menurutnya, jika sampah yang diolah bisa ditingkatkan, ia yakin listrik yang dihasilkan juga sesuai dengan ekspektasi.
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Naufal Hanif Putra Aji
“Ya nggak apa-apa. Denda ya denda. Listriknya di bawah yang ditargetkan kita terkena denda. Kita sadari dalam usaha peningkatan produksi waste processing-nya. Bahan bakarnya supaya memenuhi yang diperjanjikan. Perjanjian tentu di sini kebaikan kedua belah pihak antara kami dengan pemkot dan PLN ada penyesuaian. Supaya kami bisa berjalan,” tuturnya.
Ia juga berharap pemerintah bisa menjalankan program pemilahan sampah di hulu. Selama ini, kemampuan pengolahan sampah yang dilakukan PLTSa masih minim karena sampah yang terlalu heterogen.
“Itu sangat membantu kalau misalnya dari hulu dari sumbernya. Kalau sekarang kita lihat sampahnya semua masuk. Apa pun ada. Kesulitan utamanya memilah tadi. Usahanya memilah luar biasa karena tidak ada pemilahan dari sumbernya. Kalau ada program memilah dari sumbernya sangat membantu,” tuturnya.
3 Kendala Belum Terpenuhinya Target
Tim Ahli Pengolahan Sampah menjadi Energi Listrik (PSEL) Putri Cempo Prof. Prabang Setyono mengungkapkan tiga kendala utama kenapa hingga kini baru bisa mengolah sekitar seperlima dari target 545 ton sampah.
“Sekitar 100 ton per hari. Sejak commissioning kemarin 2024 akhir. Agak naik turun ada sedikit maintenance. Kadang naik juga 120 ton. Betul belum sebanding. Makanya dikejar mesinnya optimal beroperasi. Kalau beroperasi kapasitasnya 545 ton,” ungkapnya.
Dengan menggunakan teknologi plasma gasifikasi, sampah yang bisa diolah harus memenuhi kualifikasi tertentu.
Berbeda dengan incinerator yang hampir semua jenis dan kondisi sampah bisa masuk.
“Semua teknologi tidak ada yang sempurna. Gasifikasi lebih ribet sehingga TPA Putri Cempo dalam pengelolaan mundur,” terangnya.
Menurutnya, ada tiga kendala yang menyebabkan PSEL Putri Cempo belum memenuhi target.
Salah satunya PT. Solo Citra Metro Plasma Power (SCMPP) selaku operator berhadapan dengan tumpukan sampah berpuluh-puluh tahun.
“Ada tiga kendala besar. Pertama PT SCMPP berhadapan dengan tumpukan sampah 31,5 tahun. Tumpukan sampah perlu dibuat flat untuk pengeringan sampah. Mau tidak mau gunungan menjadi flat. Meskipun sekarang Blok C dan Blok D sudah flat tapi butuh proses lama berbulan-bulan. Kecuali lahan sudah land clearing. Waktunya tidak dihabiskan gunungan dikeruk menjadi lahan datar. Ini sudah hambatan,” jelasnya.

Hambatan kedua sampah yang harus diolah dalam kondisi sangat beragam.
Padahal teknologi plasma gasifikasi cenderung mampu mengolah sampah yang bersifat homogen.
DLH Solo Akui Sarana dan Prasarana Belum Memadai untuk Pemilahan Sampah dari Hulu ke Hilir |
![]() |
---|
PSEL Putri Cempo Solo Didenda Karena Gagal Hasilkan 5 Megawatt, Operator Lobi Pemerintah Ubah MoU |
![]() |
---|
Kejar Target, PSEL Putri Cempo Solo Tambah Incinerator, Polusi Udara dan Eksploitasi Air Membayangi |
![]() |
---|
PSEL Putri Cempo Solo Baru Bisa Olah Seperlima dari Target, Tim Ahli Ungkap Tiga Kendala Utama |
![]() |
---|
6 Bulan Beroperasi, Sentra Mebel Sri Kayu Solo Belum Hasilkan Sepeserpun Transaksi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.