Laporan Wartawan TribunSolo.com, Adi Surya Samodra
TRIBUNSOLO.COM, KLATEN - Bantuan senilai Rp 1 miliar disalurkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) ke empat Kabupaten lingkar Gunung Merapi.
3 Kabupaten berada di wilayah Jawa Tengah yakni Klaten, Boyolali, dan Magelang.
Sisanya berada di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu Sleman.
Baca juga: Pejabat Bappeda Klaten Meninggal karena Corona: Kantor Disemprot Disinfektan, Pegawai Diminta WFH
Baca juga: Jarang Diketahui, Inilah 4 Gejala Kanker Tulang yang Perlu Diwaspadai
Bantuan Rp 1 miliar disalurkan langsung Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Doni Monardo.
Bantuan tersebut disalurkan ke tempat evakuasi sementara (TES) Desa Balerante, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten.
"Kami memberikan bantuan pada seluruh kabupaten yang terdampak," kata Doni, Kamis (19/11/2020).
Bantuan tersebut disalurkan untuk pengoptimalan protokol kesehatan dan penanganan Covid-19 di lokasi pengungsian.
"Untuk kebutuhan masyarakat di pengungsian, termasuk dukungan masker, hand sanitizer," ucap Doni.
Selain bantuan Rp 1 miliar, BNPB juga menyalurkan 2.500 alat tes swab antigen, 200 ribu masker kain, dan 250 jeriken hand sanitizer 4 liter.
"Jangan sampai ada satu atau dua orang yang terpapar Covid-19 dan menulari yang lainnya," tandasnya.
Masih Beraktivitas Cari Rumput
Warga di lereng Gunung Merapi masih beraktivitas seperti biasanya meski status sudah dinaikkan menjadi Siaga III.
Mencari rumput menjadi satu di antara beberapa aktivitas yang dilakukan.
Tak terkecuali, Walmiyati (31), warga Dukuh Ngipik, Desa Balerante, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten.
"Pagi saya balik ke rumah untuk mencari pakan ternak di sekitar sini, kalau sore saya turun ke rumah nenek," kata Walmi kepada TribunSolo.com, Kamis (19/11/2020).
Baca juga: Satgas Covid-19 : Tempat Pengungsian Gn. Merapi Agar Selalu Bersih untuk Kurangi Penularan Covid-19
Baca juga: Dirjen Bluskan ke Lereng Merapi, Kemendikbud Siapkan Tim Pengajar & Minta Anak-anak Tanggap Bencana
Walmi kembali ke rumah bersama ketiga anaknya dan suaminya.
Ketika suaminya mencari rumput untuk pakan ternak, ia menjaga rumah sembari mengasih anak-anaknya.
"Kalau berangkat mencari rumput itu tidak pasti, kadang jam 08.00 WIB. Pagi mengasuh anak dulu," tuturnya.
Walmi dan suaminya biasanya turun ke sekira pukul 16.00 WIB.
Itupun sekalian membawa persediaan pakan ternak ke tempat pengungsian ternak sebelum akhirnya ke rumah nenek.
"Sebenarnya ada rasa was-was, takut juga," ucap Walmi.
Apalagi memori letusan Merapi 2010 masih membekas diingatan Walmi sampai sekarang.
Kondisi saat itu begitu miris, banyak rumah yang roboh dan ternak-ternak hangus terpanggang.
"Saat itu termasuk rumah saya roboh tak bersisa," tandasnya.
Baca juga: SD Jadi Kunci SDM, Paslon Yuni-Suroto Akan Buat Satu Sekolah Unggulan di Setiap Kecamatan di Sragen
Baca juga: Kisah Anak Penambang Pasir Merapi, Tiap Hari Belajar Online Beralaskan Batu,Bercita-cita Jadi Dokter
Anak-anak Diminta Waspada
Tak hanya orang dewasa, anak-anak di lereng Gunung Merapi juga didorong tanggap bencana.
Penekanan ini disebutkan Dirjen PAUD, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Jumeri saat mendatangi anak-anak di SDN 1 Balerante, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Rabu (18/11/2020).
Jumeri menerangkan, anak-anak di Kawasan Rawan Bencana (KRB) III Gunung Merapi harus dilatih kepekaaannya terhadap ancaman erupsi gunung Merapi.
"Saya kira guru-guru kita sudah cukup paham, jadi untuk daerah semacam ini, anak harus dilatih feeling-nya untuk tanggap bencana," jelas dia.
Baca juga: Dicari : 50 hingga 100 Tukang Lipat Surat Suara, Hari Ini KPU Sragen Terima 765.245 Lembar
Baca juga: Gunung Merapi Masih Siaga, Warga 2 Desa di Klaten Diungsikan, Total Ada 356 Jiwa
"Bagaimana lari dan mencari tempat yang aman, mesti harus di latih," ujarnya.
Lebih lanjut dia menekankan, jika pihaknya juga telah menyiapkan sejumlah skenario untuk dunia pendidikan di pengungsian jika sewaktu-waktu erupsi.
Salah satunya persediaan peralatan pendidikan seperti modul hingga tim pengajar di lokasi becana alam.
"Jadi kita ada persiapan hal itu seperti modul, school kid, tenda darurat dan tim pengajar untuk bencana," jelas Jumeri.
Selain itu, dalam kunjungan itu, Jumeri juga menyerahkan 300 paket school kid untuk pelajar yang berada di tiga desa KRB III Gunung Merapi di Klaten.
"Berisi buku, sepatu, pakaian seragam untuk stok anak-anak kita, juga ada tasnya untuk bisa dibawa-bawa," jelasnya.
Desa Zona Rawan
Sebanyak 3 desa di Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten masuk dalam zona kawasan rawan bencana (KRB) III Gunung Merapi.
Ketiga desa tersebut yakni Desa Tegalmulyo, Desa Balerante, dan Desa Sidorejo.
Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Klaten, Sri Yuwana Haris Yulianta mengatakan baru warga dari 2 desa yang telah mengungsi ke tempat pengungsian yang telah disediakan perangkat desa.
Kedua desa tersebut yakni, Desa Tegalmulyo dan Balerante.
"Sampai saat ini, dari 3 Desa yang masuk KRB III, baru warga di 2 desa mengungsi," kata Haris, Selasa (17/11/2020).
Baca juga: Gunung Merapi Masih Siaga, Status Tanggap Darurat di Klaten Diperpanjang Sepekan
Baca juga: Pengungsi Gunung Merapi & Relawan di Desa Balerante Diswab, Antisipasi Muncul Klaster Pengungsian
Lebih lanjut, Haris menjelaskan jumlah pengungsi sementara dari Desa Tegalmulyo sebanyak 78 jiwa.
Rinciannya, 6 balita, 8 lansia, 55 orang dewasa, dan 9 anak-anak.
Jumlah tersebut didasarkan pada data yang diterima Selasa (17/11/2020) pukul 21.00 WIB.
"Itu terdiri dari 3 dukuh, dukuh Canguk, Sumur, dan Pajegan," jawab Haris.
Sedangkan untuk jumlah ternak yang diungsikan, lanjut Haris, sementara belum ada.
"Dari 78 jiwa, terdapat balita, anak-anak, orang dewasa dan lansia, untuk ternak belum ada yang diungsikan," kata Haris.
Baca juga: Percepat Penyampaian Informasi, BPPTKG Kirim WA & SMS Data Perkembangan Gunung Merapi ke Tiap Kedus
Baca juga: Antisipasi Gunung Merapi Erupsi, Warga Diminta Kemasi Surat-Surat Berharga Dalam Tas
Lebih lanjut, Haris mengatakan total jumlah pengungsi Desa Balerante sebanyak 278 jiwa.
Total jumlah tersebut berasal dari 5 dukuh, yakni Dukuh Sambungrejo, Ngipilsari, Gondang, Sukerjo, dan Ngelo.
"Di Desa Balerante mengalami peningkatan jumlah pengungsi 278 jiwa, masing-masing berasal dari 5 dukuh," terang Haris.
Lanjut, Haris merincikan dari 278 jiwa, masing-masing terdiri dari 127 laki-laki dan 151 perempuan.
Ia menambahkan dari 278 jiwa, terdiri dari 22 balita, 49 anak-anak, 152 orang dewasa, 5 ibu hamil, 6 ibu menyusui, 9 orang disabiltas, 34 lansia serta 129 ekor hewan ternak.
"Dari total pengungsi 5 orang penyandang Disabilitas di Desa Balerante mengalami sakit dan menjalani perawatan," ujarnya.
Status Kedaruratan Diperpanjang
Sebelumnya, penetapan Status Tanggap Darurat Bencana Letusan Gunung Merapi diperpanjang Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Klaten hingga sepekan ke depan mulai Selasa (17/11/2020) hingga Selasa (24/11/2020).
Perpanjangan penetapan status itu lantaran status Gunung Merapi sampai saat ini masih siaga.
Perpanjangan status Tanggap Darurat Bencana Letusan Gunung Merapi tertuang dalam Surat Keputusan Nomor 360/325 tentang Status Tanggap Darurat Bencana Letusan Gunung Merapi.
Surat keputusan itu telah ditandatangi oleh Penjabat Sementara (Pjs) Bupati Klaten, Sujarwanto Dwiatmoko pada Senin (16/11/2020).
Baca juga: Catatan Aktivitas di Gunung Merapi, Terdengar Beberapa Kali Suara Guguran
Baca juga: Pengungsi Gunung Merapi & Relawan di Desa Balerante Diswab, Antisipasi Muncul Klaster Pengungsian
"Status tanggap darurat kembali diperpanjang untuk satu minggu kedepan. SK-nya sudah ditandatangani oleh Pjs Bupati kemarin," ujar Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Klaten, Sip Anwar kepada TribunSolo.com.
Menurut Sip Anwar, perpanjangan status tanggap darurat bencana letusan gunung Merapi tersebut telah sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Dalam surat keputusan itu, lanjut Sip Anwar, perangkat daerah diminta untuk segera menjalin koordinasi dengan para pihak terkait dan masyarakat untuk mengambil langkah-langkah antisipasi penanganan bencana.
"Kita mengambilnya perpanjangan setiap minggu dan sesuai dengan peraturan yang ada," katanya.
Baca juga: Percepat Penyampaian Informasi, BPPTKG Kirim WA & SMS Data Perkembangan Gunung Merapi ke Tiap Kedus
Baca juga: Satu Desa di Lereng Gunung Merapi Belum Dievakuasi, BPBD Klaten : Kami Menghormati Kearifan Lokal
Lebih lanjut, Sip Anwar mengatakan segala biaya yang timbul sebagai akibat ditetapkannya Keputusan ini dibebankan pada anggaran pemerintah.
Anggaran pemerintah dimaksud mulai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Jawa Tengah serta Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Klaten.
"Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal yang ditetapkan," sambung Sip Anwar.
Sebelumnya, Pemerintah Kabupaten Klaten telah menetapkan status tanggap darurat bencana letusan Gunung Merapi mulai 9 November sampai dengan 16 November 2020.
Penetapan status itu sebagai upaya lanjutan untuk mitigasi bencana Gunung Merapi setelah status Gunung tersebut ditingkatkan dari Waspada (Level II) menjadi Siaga (Level III). (*)