Raja Keraton Solo Meninggal Dunia
Tangis Putra Pakubuwono XIII KGPH Hangabehi Pecah Saat Peti Jenazah sang Raja Solo Dinaikkan Kereta
KGPH Hangabehi bahkan sampai tak kuat menahan tubuhnya saat menangis hingga hampir jatuh.
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Vincentius Jyestha Candraditya
Iring-iringan jenazah Sinuhun ternyata terdiri dari empat kereta kuda, masing-masing memiliki makna dan fungsi tersendiri dalam prosesi adat yang sarat filosofi itu.
Kereta utama, yang membawa peti jenazah, ditarik oleh delapan ekor kuda.
Sementara di belakangnya, tiga kereta lain menyusul, membawa berbagai pernak-pernik, ampilan, serta udik-udik yang merupakan simbol persembahan dan kemurahan hati sang raja kepada rakyat.
Udik-udik itu nantinya akan disebar sepanjang perjalanan menuju peristirahatan terakhir Sinuhun sebagai bentuk berkah bagi masyarakat yang menyaksikan.
Baca juga: MAKNA Rute Pemakaman Raja Keraton Solo PB XIII, Ada Alasan Dilakukan dari Belakang, Bukan dari Depan
“Masih ada brobosan di sebelah selatan tempat disemayamkan. Ke Magangan dipindah ke kereta jenazah. Bersama iring-iringan 3 kereta yang lain termasuk prajurit dan seterusnya kelengkapan upacara berjalan ke selatan. Sitinggil selatan ada gamelan upacara dibunyikan. Jalan tengah alun-alun sampai perempatan gading ke barat. Perempatan Gemblegan ke utara, Slamet Riyadi ke kiri sampai Loji Gandrung masuk untuk dipindahkan ke mobil jenazah,” jelas KPH Eddy Wirabhumi, salah satu kerabat Keraton.
Prosesi diawali dari Sasana Parasdya, tempat jenazah disemayamkan.
Sekitar pukul 07.41 WIB, lantunan surat Al-Fatihah menggema, diikuti prosesi brobosan sebelum peti jenazah diusung menuju Bangsal Magangan untuk dipindahkan ke kereta.
Sejumlah senopati lampah tampak mengenakan kain mori putih sebagai tanda duka.
Baca juga: TANDA Berduka atas Wafatnya Raja Keraton Solo PB XIII, Senopati Lampah Kenakan Kain Mori Putih
KPH Eddy menuturkan, seluruh tata prosesi dan arah perjalanan jenazah memiliki makna filosofis mendalam.
Rute pemberangkatan yang dimulai dari Magangan menuju Alun-Alun Selatan melambangkan peralihan dari dunia fana menuju alam keabadian.
“Alun-alun ini konsepnya awang-uwung. Masuk ke alam sana. Makanya kalau meninggal ke sana. Meletakkan kereta di alun-alun yang kanan kereta jenazah yang kiri kereta wisata. Meninggalkan duniawi menuju sang khalik,” terangnya.
Setiap bagian dari Keraton, menurut Eddy, memang mencerminkan siklus kehidupan manusia — dari kelahiran hingga kematian.
“Kalau dulu kita mengajarkan kepada masyarakat depan itu tempat untuk belajar kebudayaan keraton. Kalau kita kembali ke falsafah yang disampaikan PB X keraton jangan hanya dilihat wujud fisiknya. Tapi juga makna sinandinya. Mengajarkan kehidupan manusia sejak dilahirkan sampai meninggal,” tambahnya.
Rombongan kereta jenazah Sinuhun nantinya melintasi rute penuh makna: dari Magangan ke Alun-Alun Kidul, lalu ke barat melewati Perempatan Gading, terus ke utara menuju Gemblegan, dan berakhir di Loji Gandrung sebelum diberangkatkan ke pemakaman Imogiri.
| Pemakaman Raja Solo PB XIII: Tak Ada Prosesi Khusus di Loji Gandrung |
|
|---|
| Ingin Ikut Pemakaman Raja Solo di Makam Imogiri, Dua Lansia Rela Menunggu Sejak Pagi |
|
|---|
| MOBIL Jenazah yang Bawa Pakubuwono XIII dari Solo ke Imogiri: Milik PMS, Kerap Digunakan Warga Biasa |
|
|---|
| Pemakaman Raja Solo PB XIII Diiringi Gending Monggangan, Hanya Dimainkan untuk Upacara Khusus |
|
|---|
| TNI-Polri Jaga Ketat Loji Gandrung, Kawal Transit Jenazah Raja Keraton Solo PB XIII Menuju Imogiri |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.