Sejarah di Kota Solo

Asal-usul Kelurahan Semanggi Solo: Nama Diambil dari Tumbuhan Rawa, Ada Jejak Dermaga yang Hilang

Karena keunikan dan kelimpahannya, masyarakat sekitar pun menamai daerah itu dengan sebutan Semanggi.

Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono
kel-semanggi.surakarta.go.id
KELURAHAN SEMANGGI - Kantor Kepala Desa Semanggi di Kecamatan Pasar Kliwon, Solo, Jawa Tengah. Beginilah asal-usul nama Semanggi. 

Dari pelabuhan inilah, barang-barang dagangan kemudian diangkut menggunakan perahu-perahu kecil yang menyusuri anak-anak sungai seperti Kali Pepe, Kali Jenes, dan sungai-sungai lain yang bermuara di jantung Kota Solo.

Replika kapal Baito Rajamala, yang berada di kawasan Semanggi, tepatnya di bantaran Sungai Bengawan Solo.
IKON SEMANGGI - Replika kapal Baito Rajamala, yang berada di kawasan Semanggi, tepatnya di bantaran Sungai Bengawan Solo. (Tribunsolo.com/Anang Ma'ruf)

Aktivitas ini menjadikan Semanggi sebagai salah satu pusat perdagangan sungai terbesar di wilayah Mataram bagian tengah.

Pusat Pertemuan Budaya dan Militer

Fungsi Semanggi tidak hanya terbatas pada perdagangan.

Pada masa Kasunanan Kartasura (1680–1742), kawasan ini juga menjadi lokasi penting dalam hubungan politik dan militer.

Para Bupati Madura yang berkunjung ke Kartasura berlabuh di Semanggi.

Di tepi sungai, pasukan Madura mendirikan barak-barak sementara, yang kemudian dikenal dengan nama Kampung Sampangan, sebuah kampung yang hingga kini masih menjadi bagian dari Kelurahan Semanggi.

Ketika Keraton Kasunanan Kartasura berpindah ke Desa Sala (yang kemudian dikenal sebagai Surakarta), sebagian penduduk Sala lama direlokasi ke Semanggi dan Baturana.

Proses ini menandai awal mula pembentukan permukiman padat di Semanggi seperti yang terlihat sekarang.

Baca juga: Asal-usul Nama Kecamatan Cawas di Klaten: Ada 3 Versi Legenda, Salah Satunya Ucapan Sunan Kalijaga

Peran Strategis dalam Sejarah Jawa

Selain perniagaan, Semanggi juga memiliki peran penting dalam perjalanan sejarah politik Jawa.

Saat Sultan Agung memerintah Mataram, terjadi pemberontakan oleh Tumenggung Tambakbaya, Bupati Pajang. Setelah pasukannya kalah, ia melarikan diri melalui Bengawan Semanggi menuju Surabaya.

Peristiwa ini menunjukkan bahwa sungai tersebut bukan hanya jalur dagang, melainkan juga jalur strategis militer dan pelarian politik.

Pada masa Paku Buwono IV, V, dan VII, fungsi Semanggi sebagai dermaga dan pusat perdagangan tetap berlanjut.

Kehidupan sosial dan ekonomi di daerah ini berkembang pesat, menjadikannya titik pertemuan antara masyarakat pedalaman dan pelaku maritim dari luar wilayah.

Baca juga: Asal-usul Pura Candi Untarayana Klaten : Berdiri di Atas Tanah Wingit, Dulu Tempat Bertapa Aji Saka

Jejak yang Mulai Menghilang

Sayangnya, jejak fisik Bandar Semanggi kini sudah sulit ditemukan.

Perubahan tata kota, sedimentasi sungai, dan pembangunan modern membuat peninggalan sejarahnya nyaris hilang.

Sumber: TribunSolo.com
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved